Kamis, 31 Januari 2013
Catatatan Perjalanan ke Enarotali 23 - 25 Januari 2012
By Yunus Yumte at 20.31
No comments
Sambil kembali melihat tulisan-tulisan yang pernah saya buat sebagai catatan perjalanan, saya menemukan kembali catatan ini dan menurut saya penting untuk di share dalam blog saya ini. Perjanalan ini merupakan bagian dari kerjasama antara Samdhana Institute dengan Papua Low Carbon Task Force untuk melihat kemungkinan intervensi untuk pekerjaan-pekerjaan green business di Papua. Perjalanan ini merupakan kunjungan pendahuluan yang dilakukan. Catatan laporan full dari perjanan ini juga sudah saya kembangkan dan tentu tersedia untuk di share apabila ada yang membutuhkan reportnya. Full report yang saya susun berjudul "Catatan Singkat Perjalanan di Enarotali Pengamatan Awal Wilayah Rencana Pengusulan Pengembangan Agrofestry dan
Restorasi Lahan-Lahan Terdegradasi Sekitar Danau Paniai - 2012 "
Gambaran Umum Perjalanan
Melanjutkan komunikasi dengan Pak Pendeta
Harold Gobay terakit rencana penghijauan dibeberapa areal disekitar Danau
Paniai kunjungan awal untuk pengamatan, pengenalan lokasi sekaligus komunikasi
awal dengan masyarakat. Pengamatan cepat dilakukan selama kurang lebih 2 jam
dan dilanjutkan dengan diskusi bersama ketua-ketua adat dan tokoh-tokoh masyarakat
dari wilayah-wilayah sekitar. Ide-ide dasar diawal mengawal kunjungan ini
adalah:
- Mendorong pemanfaatan lahan kosong
dan lahan-lahan terdegradasi untuk dimanfaatkan kembali oleh masyarakat dengan
menanam pohon dengan sistem tertentu yang mampu memberikan manfaat ekonomi bagi
penghidupan mereka.
- Mempersiapkan sebuah usulan
dukungan dari pihak diluar negeri untuk mendukung upaya penyelamatan bumi dan
dampak perubahan iklim
-
Mengkomunikasikan ide pemetaan
ruang adat sebagai bagian penting dalam pengamanan dan pengakuan wilayah adat
masyarakat.
Catatan
Hasil Kunjungan
1. Kondisi Umum Hutan
Berada pada
ketinggian lebih dari 1000 mdpl menjadikan wilayah Paniai memiliki vegetasi
yang didominasi oleh hutan pegunungan. Beberapa jenis lokal mendominasi kawasan
hutan disekitar danau Paniai ini. Selain jenis lokal, ada juga beberapa jenis
pohon eksodus yang ditanam didaerah ini seperti pohon kasuari dan pinus. Kayu
Kasuari (Casuarina Equisetifolia) sendiri menjadi salah satu sumber bahan bakar
(kayu bakar) pilihan utama masyarakat didaerah sekitar pegunungan.
Kawasan Paniai
dikelilingi oleh pegunungan-pegunungan dengan tingkat elevasi yang cukup curam
dan umumnya hutan menyebar merata pada pegunungan-pegunungan ini. Sekalipun
kondisi pegunungan yang cukup curam ini, namun sebagia wilayah dimanfaatkan
oleh masyarakat untuk membuka dan mengelola lahan pertanian. Hasil pertanian
yang cukup memberikan pengaruh pada pendapatan rumah tangga baik cash maupun
non-cash adalah petatas dan beberapa jenis sayuran.
Hasil hutan lain
yang kelihatan dijual ke pasar oleh masyarakat dan diperoleh dari hutan-hutan
sekitar paniai adalah Rotan. Selain rotan, ada juga beberapa jenis buah lokal
yang selama ini dikonsumsi oleh masyarakat dan sebagian diantaranya dijual
kepasar. Untuk tanaman industri bernilai pasar potensi, kopi masih menjadi
salah satu hasil potensial yang bisa dikembangkan. Beberapa masyarakat mengaku
memiliki pohon kopi dalam jumlah yang cukup banyak namun mengalami kendala pada
pemasaran sehingga sebagian pohon ditelah ditebang.
2. Kekuatan Internal
Kukuatan Internal dari Masyarakat berdasarkan kunjungan awal ini:
-
Secara kelembagaan adat,
masyarakat memiliki ikatan emosional kekeluargaan yang cukup kuat. Didalamnya
mereka mengenal, mengakui dan menghormati ketua-ketua adat atau tokoh
masyarakat berdasarkan marga dan kampung. Ini merupakan potensi kelembagaan
yang cukup efektif dalam mendorong komunikasi dan peran aktif anggota masyarakat
dari setiap kelompok dan marga di kampung dalam mendukung program
-
Berdasarkan hasil diskusi didapat
informasi bahwa secara teknis mereka (masyarakat) telah memiliki pemahaman dan
kemampuan dalam pengelolaan lahan mereka. Kemampuan itu diantaranya untuk
berladang, mengenal jenis pohon, menjaga kawasan hutan dan menanam pohon untuk
kayu bakar dan kopi. Ini merupakan faktor pendukung kemajuan program di awal.
-
Keinginan dan semangat yang tinggi
dari masyarakat untuk mendapatkan manfaat ekonomi yang besar dari sumber daya
hutan dan lahan yang mereka kelola. Ditunjutkan dengan semangat diawal merespon
program-program penanaman pohon secara antusias.
-
Pak Harold Gobay sebagai tokoh
masyarakat memiliki semangat dan inisiatif yang kuat dalam mendukung program
dan menjadi jembatan komunikasi antara program dengan Masyarakat di Paniai.
-
Sistem kepemilikan lahan yang
secara adat dikenal dan diakui secara baik oleh masyarkat.
-
Sekolah Pertanian yang dikelola
oleh Pak Harold menjadi potensi akademis untuk mempersiapkan tenaga-tenaga
pendamping lokal dengan pengetahuan dasar pertanian yang baik.
-
Informasi dari Pak harold Bahwa
telah ada koperasi “....” yang dibentuk. Harapannya akan menjadi lembaga bisnis
awal untuk menampung hasil-hasil masyarakat.
Kekuatan Internal dari PEMDA:
Sekalipun tidak mendapatkan kesempatan untuk pertemuan langsung dengan
pihak Pemerintah Daerah namun komunikasi
yang telah terbangun antara Pak John Mampioper dan Pak Kepala BAPPEDA
KAB Paniai sebagai catatan awal menunjukan respon dukungan yang cukup baik.
3. Kekuatan Eksternal
-
Ide reforestasi atau aforestasi
merupakan satu kegiatan yang juga menjadi konsen pemerintah propinsi dan
Nasional. Sehingga dukungan baik teknis maupun pendanaan kemungkinan besar bisa
dididapatkan.
-
Beberapa komoditi lokal yang
teridentifikasi seperti kopi memiliki potensi pasar yang cukup potensial diluar
Enarotali dengan nilai pasar komoditi yang cukup tinggi dengan rantai
perdagangan yang mudah teridentifikasi.
-
Dukungan yang diberikan dari
beberapa negara maju untuk aktifitas-aktifitas yang bertemakan isu adaptasi dan
mitigasi terhadap perubahan iklim. Dimana reforestasi menjadi bagian dari skema
global yang bisa mendapatkan dukungan.
-
Ketertarikan dan semangat dari
Task Force Pembangunan Rendah Karbon Papua untuk mendorong community based land
and forest management dengan gagasan pendanaan people to people.
-
Kecenderungan mendapatkan dukungan
teknis dan pendanaan dari sumber lain (NGO) dengan isu yang didorong.
Komunikasi menjadi aspek penting untuk memastikan partisipasi ini.
4. Tantangan Internal
Tantangan Internal dari Sisi masyarakat yang teridentifikasi selama
perjalanan:
-
Pengalaman masyarakat dari
program-program dengan thema serupa pada beberapa tahun sebelumnya baik yang
difasilitasi oleh Pemerintah maupun beberapa NGO yang pernah bekerja di Paniai.
Dimana aspek pemasaran dan dukungan sampai pada pencapaian manfaat ekonomi
belum tercapai. Contoh: Kopi yang ditanam dengan dukungan WFI sampai sekarang
belum mendapatkan pasar yang memuaskan.
-
Keterwakilan semua kelompok dan
tokoh masyarakat. Melihat konteks kultur dan ikatan kekeluargaan yang kuat
antar masyarakat yang direncancakan menjadi target tuk difasilitasi, komunikasi
secara menyeluruh diawal menjadi penting untuk meminimalisir kesalahpahaman.
-
Membangun semangat dan usaha
masyarakat untuk berupaya mengakses pasar untuk memasarkan komoditi unggulan mereka
dengan nilai jual yang menguntungkan.
-
Menghidupkan badan-badan usaha
lokal untuk merangsang semangat dan ketertarikan masyarakat untuk aktif dalam
kegiatan ekonomi tertata.
-
Belum banyaknya tenaga-tenaga
potensial lokal yang akan siap membantu untuk aspek manajemen bisnis dan
kontrol terhadap aktifitas di lapangan - mecatat dan melaporkan.
-
Memastikan pembagiaan manfaat yang
adil berdasarkan hak kepemilikan atas ruang dan sumber daya alam diatasnya.
Ikatan kultur dan kekeluargaan yang kuat mempengaruhi sistem pengelolaan lahan
termasuk klaim atas lahan. Kebutuhan untuk memfasilitasi komunikasi untuk
pengaturan dan pengakuan bersama antar masyarakat tentang pemilikan dan
pemanfaatan lahan – resolusi kemungkinan kesalahpahaman di kemudian hari dari
sekarang.
-
Belum adanya peta wilayah adat,
peta kampung dan peta marga yang dapat membantu program
-
Belum terdatanya jumlah pohon kopi
yang masih produktif untuk mendukung pemasaran
Tantangan Internal Dari Pihak Pemerintah Daerah
-
Data dan informasi tentang potensi
sumber daya alam masyarakat yang dapat mendorong percepatan pembangunan ekonomi
masyarakat.
-
Politisasi program ke masyarakat
untuk kepentingan tertentu sehingga menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat
apabila program dikerjakan bersama PEMDA
-
Belum menempatkan pengelolaan
sumberdaya lokal untuk pembangunan ekonomi masyarakat sebagai program
prioritas. Dimana salah satu contohnya belum aktifnya PEMDA membantu mendorong
pemasaran hasil masyarakat dari Kampung ke Pengumpul.
5. Tantangan Eksternal
-
Mengembangkan dokumen usulan yang
bisa meyakinkan donor dari luar untuk memberikan dukungan baik teknis maupun
pendanaan kepada program secara keseluruhan
-
Mendorong pemasaran produk kopi
secara cepat dengan maksud merangsang semangat masyarakat untuk aktif mendukung
program
-
Menjembatani komunikasi aktif para
pihak yang diharapkan memeberikan dukungan kepada program.
-
Mempersiapkan bantuan teknis dan
transfer informasi dan pengetahuan kepada pengelola lokal untuk secara bertahap
mandiri mengelola bisnis komoditi potensial di daerah
Apa yang harus dipersiapkan?
Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian cepat diatas satu pertanyaan
kritis yang keluar adalah apa yang harus dipersiapkan pada phase-phase awal
kegiata untuk meminimalisir resiko ketidaklancaran pelaksanaan program kedepan?
Beberapa pemikiran yang muncul untuk menjawab pertanyaan diatas adalah:
1. Melengkapi Data dan Informasi. Data-data spasial wilayah yang akan di
intervensi program, data penduduk, biofisik kawasan serta analisis-analisis
dengan kualitas baik tentang kesesuaian lahan. Proses ini bisa dimulai dengan
membangun sistem data base tentang site program di sekretariat task force dan
memulai mengumpulkan data-data dan informasi yang berhubungan dengan site
program di Paniai.
2. Menyiapkan draft program design
document. Berdasarkan data dan informasi awal yang tersedia tim diharapkan
sudah bisa memulai membuat desai awal program.
3. Melaksanakan assesment dan feasibillity
study terpadu untuk memfinalkan draft
program design document.
4. Membangun komunikasi dan partisipasi aktif para pihak terutama di
tinggkat masyarakat: Memastikan bahwa masyarakat secara jelas menerima
informasi program serta memahami apa yang akan dilakukan di wilayah mereka dan
mengambil keputusan tanpa tekanan apakah mendukung program atau tidak. Proses
konsultasi dan komunikasi aktif sebaginya sudah dimulai.
5. Melakukan pendataan jumlah pohon kopi masyarakat dan identifikasi
jaringan pasar kopi dan mencari sumber pendanaan awal sebagai rangsangan usaha
pembelian dan penjualan kopi masyarakat.
6. Memantapkan badan usaha lokal milik masyarakat dan membantu menyusun strategyc bussiness plan untuk
pemasaran kopi. Berdasarkan data jumlah pohon kopi produktif masyarakat dan
informasi pasar yang tersedia.
7. Mencari sumber dana awal untuk rangsangan pemasaran kopi masyarakat. Membangun
komunikasi aktif untuk updating program ke pihak-pihak terkait yang siap
mendukung.