My Ideas and Stories About PAPUA

Making the rich and beautiful resources in Papua become the social economic strength for Papuan has become the long home works. Many people believe that the early start to find the answer is by understanding how Papua looks like, their communities and their special strength. And it can be realize by directly in touch with them. This blogs provides you chance to touch and gets insight ideas, trends and stories about Papua.
  • Stories About Beautiful Papua

    Every Single Place In Papua Have Its Stories To Be Shared To Build Other People Understanding About This Island

  • The Last Frotier Primary Forests

    With 42 Million ha of forests, Papua play crucial rules in Indonensia forests development targets.

  • Women and Natural Resources

    Forests or land right are not only about Man. So understanding the roles women and the impact of forests changes to women are also crucial

  • Our Traditional Value

    Papuan Community Have Been Living for Centuries with Their Knowledge and Wisdom in Managing Natural Resources and Practice Best Conservation

  • For Papuan Generation

    Every Works We Do Now Must Be Dedicated To The Future Papuan Generation

  • Dependency to Forests Resources

    Practicing Good Forests Governance in Papus About Understing the Right of Indigenous People and Their Dependency to Natural Resources

  • All Are Wonderful

    You Will Get Good Scene That You May Not Able Somewhere Else - Only In PAPUA

  • Bitter Nut Is Papuan Favorit Gums

    Bitter Nut or In Papua We Call 'Pinang' Is The Local Gum You Can See In Every Corner of the Cities. Papuan People Love To Chewing It. Sometime People Consider It As Contact Material When You Travel to The Village

  • Papuan Traditional Conservation Practices

    For Centuries, Papuan Has Practicing Local Wisdom to Sustainaible Use of Natural Resources. They Have Traditional Education System to Teaching Them How To Interact With Human, Spiritual Power and Understanding The Words Of Nature

Senin, 18 Oktober 2021

Aya Mbefo – Penjaga Burung Chendrawasih di Kampung Iwin, Tambrauw

 Photo: Aya Mbefo, di lokasi pengamatan burung chendrawasih di Kampung Iwin. Tambrauw


’bahhhh… bahaa… bahhh babaaaa… ha ha ha ha” suara dan gerakan isyarat penuh semangat dicampur tawa keluar dari lelaki muda yang ternyata seoarng difable bisu dan tuli ini. Dengan gaya khas seorang difable tuli-bisu dia menceritakan kepada saya tempat bermain burung cendrawasih serta berusaha menjelaskan banyaknya jumlah, jenis burung-burung ditempat itu dan menginformasikan kapan waktu terbaik kita mengunjungi tempat itu.

Di ujung pertemuan sore itu dia menganguk sambil menunjukkan thumb (ibu jarinya) tanda setuju akan menemani kami di pagi hari melihat Burung Chendrawasih. ‘Deal?”….. Kami berjabat tangan tanda bersepakat dengan semua pengaturan untuk pengamatan Burung Chendrawasih di kampung iwin dengan tour guide kami seorang difable – tuli dan bisu. Ini akan menjadi pengalaman pertama saya yang menarik.

……….

Lelaki muda difable ini bernama Septinus Bofra. Bofra merupakan salah satu marga asli di Suku Miyah yang mendiami kampung Iwin dan Fef di Kabupaten Tambrauw. Lokasi tempat pengamatan Burung Cendrawasih yang hendak kami kunjungi juga berada di kampung Iwin, Distrik (Kecamatan) Fef Kabupaten Tambrauw yang merupakan bagian dari tanah adat Marga Bofra.

Sehari-hari masyarakat di Fef, Iwin dan kampung-kampung sekitar memanggilnya dengan nama ‘Aya Mbefo’. Aya Mbefo merupakan panggilan yang awalnya diberikan oleh sang Kakek untuk mengenang kejadian banjir yang melanda dusun mereka dan hampir menenggelamkan Septinus yang waktu itu masih berusia belum genap 2 tahun. Aya Mbefo dalam Bahasa Suku Miyah berarti ‘air sampai disini’. Akibat kejadian ini air sampai masuk ke telinga dan rongga mulut Septinus dan merusak pita suara dan gendang telinganya. Kejadian ini yang diyakini menjadi penyebab Septinus tidak dapat mendengar dan berbicara.

Perjumpaan dengan Septinus sebenarnya tidak kami rencanakan, karena yang kami cari diawal adalah Albert Bofra; Abang (Kakak) dari Septinus. Albert sudah lama kami kenal sebagai tour guide pengamatan Burung chendrawasih di sekitaran Distrik Fef. Namun, karena Albert sedang berada di Kota Sorong dan tanpa disengaja kami bertemu Septinus di warung kopi sehingga pengalaman terbaik ini datang dengan komunikasi-komunikasi bahasa isyarat Ala Septinus.

………………

Perjalanan ke lokasi pengamatan Burung chendrawasih hanya berjarak 15 menit menggunakan mobil dari Fef, Ibu Kota Kabupaten Tambrauw. Lokasi pengamatan yang sangat dekat dengan jalan ini menjadi potensi tersendiri karena tidak butuh upaya extra untuk mencapainya. Namum ancaman perburuan liar juga dirasa sangat mungkin terjadi apabila proteksi dan pengamanan wilayah tempat bermain burung chendrawasih ini tidak dilakukan dengan benar. Marga Bofra sebagai pemilik hak ulayat sepertinya telah bersepakat untuk mempertahankan wilayah ini sebagai zona lindung adat untuk melindungi tempat bermainnya burung chendrawasih.

Dengan gerak khas seorang tuli-bisu Aya Mbefo menunjukkan isyarat larangan penebangan pohon dan penggunaan senjata api di tempat main Burung Chendrawasih. Dia juga menunjukkan warna pada baju-nya dan baju kami untuk menjelaskan beberapa jenis Burung chendrawasih lain dengan berbagai warna yang bisa dijumpai disekitar hutan ini. Saya pun belajar dari Pak Viktor Tawer – staff Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tambrauw yang ikut dalam trip ini bahwa Aya Mbefo adalah seorong yang pandai berburu dan sangat paham hutan-hutan sekitar iwin yang menjadi wilayah jelajahnya. Yang cukup mengagumkan adalah pada saat berburu Aya Mbefo dibantu anjing yang lebih dulu mengejar buruan dan dia tempat dimana anjing itu berada hanya dengan menaruh telinga tangannya ke tanah ---

Hhmmmmnnn.. jadi dia bisa mendengar? Ternyata tidak, interaksi Aya Mbefo dengan anjing buruan sejak kecil mengasah skill indraperasa getaran yang sangat tajam – hanya dengan menaruh telinganya ke tanah. Sungguh hebat.

…………….

Di akhir perjalanan kami, Aya Mbefo berpesan agar tolong bantu dia dan komunitas adat Marga Bofra melindungi hutan ini. Dia sangat senang apabila lebih banyak orang (wisatawan) yang dapat dia temani berkunjung ke tempat dia menikmati chendrawasih.