Kampung Tairi merupakan salah satu kampung di wilayah Kabupaten Kaimana, tepatnya di Distrik Buruway, Kabupaten Kaimana, Propinsi Papua Barat. Kampung ini berada dipinggir sungai Buruway. Wilayah ini cukup luas dengan dengan luas wilayah adat sampai bersinggungan dengan wilayah kabupaten Fak-Fak. Kampung ini mengalami pemekaran menajdi kampung defenitif pada tahun 1992, sebemumnya urusan administrasi desa bergabung dengan Kampung Esania. Seluruh masyarakat kampung ini berasal dari suku besar “Madewana”, yang mendiami hulu sungai buruway. Bahasa asli yang digunakan pun bahasa Madewana. Menurut sejarah, wilayah kampung ini milik Marga Onobora, selanjutnya Marga Onobora mengajak marga-marga lain dari kampung sebelan untuk datang dan hidup bersama di kampung Tairi yang sekarang.Sekitar 78 Kepala Keluarga Berada di kampung ini dengan jumlah penduduk lebih dari 350 orang.
Sebagian besar masyarakat kampung masih memiliki pola penghidupan traditional, dengan membuka kebun, berburu dan memancing ikan/udang di sungai. Mata pencaharian atau pekerjaan mereka adalah petani, dan hanya beberapa yang menjadi aparat desa. Dari hasil penerapan alat bantu analisis kesejahteraan, nampak jelas bahwa hasil hutan dan hasil pertanian/perkebunan memberikan pengaruh penting bagi penghidupan masyrakat di tempat ini.
Berdasarkan status kawasan, wilayah ini merupakan wilayah hutan produksi (Tetap, terbatas dan konversi) sehingga menjadi incaran perusahaan. Potensi kayu yang cukup menguntungkan secara ekonomi mendorong PT. Hanurata Berinvestasi di daerah ini, dan sekarang sedang melaksanakan penebangan (BLOK RKT) di wilayah adat masyarakat Tairi ini. Dan dari hasil wawancara dengan masyarakat disini, sebagian dari mereka yang wilayah adatnya sedang diambil kayunya oleh PT. Hanurata telah mendapatkan kompensasi, namun besarannya tidak disebutkan karena ini sangat sensitive dan bisa menjadi pemicu konflik internal di dalam masyarakat sendiri.
Untuk masalah legalisasi kayu dan ijin pemanfaatan kawasan, masyarakat mengakui sangat mendukung pengurusan kepastian kawasan kelola dalam rangka pengeloaan hutan berbasis masyarakat, namun perlu dipastikan bahwa hasil-hasil yang diusahakan oleh masyarakat ada pasarnya dan menguntungkan secara ekonomi kepada masyarakat. Secara cepat pengkajian HHBK membarikan rekomendasi bahwa intervensi kepada pala, udang, kepiting dan pinang akan memberikan pengaruh yang cukup signifikan kepada penghidupan masyarakat. Karena ada pasar dengan nilai ekonomi yang cukup baik di kota kaimana. Pala sendiri selama ini merupakan salah satu sumber pendapatan tunai masyarakat di kampung Tairi ini.
Waktu tim di kampung Tairi ada kunjungan Kepala dsitrik dan tim ke kampung, dan beliau menyampatkan diri untuk berdiskusi dengan masyarakat. Diskusinya seputar pembangunan dan perkembangan di kampung. Dan beliau sempat menyinggung masalah rencana masuknya perusahaan sawit di wilayah tairi. Menurut Pak Kepala Distrik “Perusahan Akan datang ber diskusi secara langsung dengan masyarakat dengan didampingi pihak pemerintah, dan apabila masyarakat tidak setuju, mereka akan berusaha mencari tempat lain”.
Potensi Hutan Kampung Tairi
Hasil kajian ini menunjukan bahwa hutan memberikan kontribusi besar bagi penghidupan masyarakat kampung tairi hal ini ditunjukan dengan peletakan biji-bijian pada hasil hutan yang cukup banyak. Hasil hutan memberikan manfaat tidak hanya untuk penggunaan atau konsumsi masyarakat sendiri secara langsung, namun juga memberikan manfaat ekonomi berupa uang tunai. Hasil hutan yang memberikan pengaruh besar bagi pendapatan uang tunai masyarakat kensi yaitu kayu. Kayu diolah menjadi kayu gergajian dan perahu/long boat lalu dijual dengan harga yang cukup terjangkau. Kayu-kayu yang dimanfaatkan masyarakat Tairi antara lain: Merbau, Marsawa, Ketapang, Baranda, Kayu Bunga, Kayu Bawang, Kayu Matoa, Kayu Bugism Dan Kayu Cina. Hampir semua lelaki dewasa di kampung Tairi bisa mengoperasikan Chain-saw untuk menebang pohon dan membagi batang. Dari hasil identifikasi peringkat kesejahteraan, ditemukan fakta bahwa sekitar 15 KK memiliki chain-saw.
Selain hutan tanah darat, pada beberapa titik ada juga hutan mangrove, hutan nipah dan hutan rawa sagu. Ketiga hutan ini cukup memberikan pengaruh kapada penghidupan masyarakat terutama pada penyediaan makanan. selain hasil hutan kayu, ada juga hasil hutan bukan kayu yang tidak kalah potensinya, hasil hutan bukan kayu untuk makanan, binatang buruan, bahan bangunan, ornament/hiasan dan obat-obatan cukup banyak dihutan. Sebagian besar diantaranya masih tetap dimanfaatkan oleh masyarakat secara langsung.
Potensi Kebuh di Kampung Tairi.
Hasil kegiatan rangking kesejahteraan menunjukan bahwa sekitar 70% masyarakat kampung tairi adalah petani. Dan pola bertani meraka masih bersifat tradisional dan cenderung berpindah ketika kebun tersebut dianggap sudah tidak mampu memberikan nutrisi secara baik bagi tanaman jangka pendek yang ditanam seperti ubi-ubian dan sayuran. Hasil dari berkebun ini sangat berpengaruh pada penghidupan keluarga terutama pada pemenuhi kebutuhan pangan harian keluarga. Masyarakat kampung tairi sangat rajin untuk berkebun.
0 komentar:
Posting Komentar