Abang Hengky Yafata adalah sosok penting yang sangat dihormati di kampung Kensi, terutama karena gaya dan kemampuan berkomunikasi kensi dengan orang luar yang cukup baik. Hengky tipikal yang mudah bergaul dan cukup mengenal bagaimana peta jejaring penjualan HHBK di Kota Kaimana, karena dia adalah salah satu masyarakat kenci yang memiliki intensitas ke kota yang cukup tinggi. "Tantangan terbesar kita di Kensi ini adalah pemasaran produk, karena kampung ini jaraknya sangat jauh. Saya ini salah satu yang paling aktif dulu menjual masohi dan minyak lawang tetapi sekarang berkurang. Masalah yang masih tetap muncul adalah rendahnya harga beli dan tidak banyak penadah di kota" Hengky menjelaskan bagaimana intensitas dia mengunjungi kota sebelumnya untuk berjualan kulit Masohi bersama dengan persoalan yang dihadapi. "Di kota harga jual produk ini antara 40-50rb/kg sedangkan biaya yang harus kita keluarkan kalau dihitung-hitung lebih besar dari pemasukan" tambah Hengky menjelaskan persoalan kenapa masohi dan kulit lawang tidak dikelola lagi.
Rabu, 20 Januari 2010
Masohi dan Minyak Lawang di Kensi, Antara Semangat dan Pilihan Ekonomi Yang Belum Tepat
Dengan berjalan kaki sekitar 1,5 jam dari titik Kampung Kensi mendaki 2 bukit dengan jalan yang lumayan terjal kita akhirnya sampai juga di lokasi dimana Abang Hengky Yafata menenjukan dimana lokasi pohon Kayu Lawang dan Pohon Masohi berada. Kedua produk HHBK ini oleh masyarakat Kensi disebutkan sebagai sumber pendapatan cash mereka. "Masohi kita hanya jual kulit di kota dan kadang ada pembeli yang datang ke Sarara (ibu kota Kecamatan Arguni Atas) untuk membeli barang ini" Kata Hengky menjelaskan kembali kulit kayu Masohi ini. Ditambahkannya "Sedangkan Kayu Lawang, pohonnya kita tebang, kemudian ambil kulit kayu-nya dan di saring secara tradisional menggunakan belanga cina". Dengan perjalanan yang cukup melelahkan dan hanya mendapatkan satu pohon dengan jarak yang jauh, saya pun bertanya "apakah betul Masohi yang tumbuh secara liar di Alam Hutan Kampung Kensi ini bisa menjadi pilihan ekonomis produk hutan yang tepat saat ini? Ataukah ini hanya pilihan terpaksa yang harus dilakukan karena kebutuhan akan uang.
Abang Hengky Yafata adalah sosok penting yang sangat dihormati di kampung Kensi, terutama karena gaya dan kemampuan berkomunikasi kensi dengan orang luar yang cukup baik. Hengky tipikal yang mudah bergaul dan cukup mengenal bagaimana peta jejaring penjualan HHBK di Kota Kaimana, karena dia adalah salah satu masyarakat kenci yang memiliki intensitas ke kota yang cukup tinggi. "Tantangan terbesar kita di Kensi ini adalah pemasaran produk, karena kampung ini jaraknya sangat jauh. Saya ini salah satu yang paling aktif dulu menjual masohi dan minyak lawang tetapi sekarang berkurang. Masalah yang masih tetap muncul adalah rendahnya harga beli dan tidak banyak penadah di kota" Hengky menjelaskan bagaimana intensitas dia mengunjungi kota sebelumnya untuk berjualan kulit Masohi bersama dengan persoalan yang dihadapi. "Di kota harga jual produk ini antara 40-50rb/kg sedangkan biaya yang harus kita keluarkan kalau dihitung-hitung lebih besar dari pemasukan" tambah Hengky menjelaskan persoalan kenapa masohi dan kulit lawang tidak dikelola lagi.
Jarak tempuh yang jauh, kemampuan produksi local yang terbatas dan stock yang terbatas di alam adalah catatan penting bagaimana pilihan untuk mendorong pengelolaan HHBK dengan produk Masohi dan Minyak Lawang di Kampung Kensi saat ini belum tepat. Perlakuan tambahan dengan pengembangan hutan tanaman rakyat untuk dua jenis HHBK ini adalah langkah yang harus diambil untuk mendukung masyarakat mewujudkan semangat dan harapannya pada kedua produk HHBK ini serta mendapatkan manfaat yang optimal darinya. Bang Hengky diakhir perjalanan bersama kami menyampaikan bahwa "tolong dibantu bagaiman agar produk-produk masyarakat dari Kensi bisa mendapatkan pasar yang bagus, kita punya tanah adat luas dan masih bisa mencari lebih banyak lagi" harapan yang tetap masih melihat stock dialam yang sebenarnya terbatas menjadi tumpuan gerakan ekonominya.
Abang Hengky Yafata adalah sosok penting yang sangat dihormati di kampung Kensi, terutama karena gaya dan kemampuan berkomunikasi kensi dengan orang luar yang cukup baik. Hengky tipikal yang mudah bergaul dan cukup mengenal bagaimana peta jejaring penjualan HHBK di Kota Kaimana, karena dia adalah salah satu masyarakat kenci yang memiliki intensitas ke kota yang cukup tinggi. "Tantangan terbesar kita di Kensi ini adalah pemasaran produk, karena kampung ini jaraknya sangat jauh. Saya ini salah satu yang paling aktif dulu menjual masohi dan minyak lawang tetapi sekarang berkurang. Masalah yang masih tetap muncul adalah rendahnya harga beli dan tidak banyak penadah di kota" Hengky menjelaskan bagaimana intensitas dia mengunjungi kota sebelumnya untuk berjualan kulit Masohi bersama dengan persoalan yang dihadapi. "Di kota harga jual produk ini antara 40-50rb/kg sedangkan biaya yang harus kita keluarkan kalau dihitung-hitung lebih besar dari pemasukan" tambah Hengky menjelaskan persoalan kenapa masohi dan kulit lawang tidak dikelola lagi.
Assesment yang dilakukan tim Livelihood and Landscape Strategy Kaimana dibawah asistensi Andrew Ingles dari IUCN menemukan info sebaga berikut: "Pasar: Selama ini masyarakat kensi memasarkan atau menjual hasil
kulit masohi ke pedagang-pedagang besar di kota seperti CV. Senja Indah,
Marsuki, CV. Surya Pasifik dan CV. Anggrek, CV. Anugrah, dan CV. Sejahtera. Haga Jual: Harga yang berlaku terhadap hasil masohi milik
masyarakat sangat bervariasi dari harga yang ditetapkan disetiap pembeli. Hal bergantung pada kualitas masohi yang dijual
oleh masyarakat. Dan harga yang berlaku ini ditentukan oleh pembeli. (Harga
pembelian tertinggi Rp. 50,000,-/kg). Biaya: Biaya yang dikeluarkan untuk pemanfaatan hasil
masohi adalah pada biaya logistic dan transportasi. Biaya logistic dikeluarkan
selama kegiatan pencarian, pemanenan sampai pengeringan. Sedangkan biaya
trasportasi umumnya dikeluarkan untuk pengakutan hasil masohi kering untuk
dijual ke kota. Rata-rata biaya yang dikeluarkan adalah (Rp. 1juta - Rp 1.2jt per trip)
Video Cara Pemanenan Kulit Masohi Oleh Masyarakat Kensi