JAKARTA, KOMPAS.com — Perusakan hutan di Indonesia begitu parah dan memprihatinkan. Ini meningkatkan pemanasan global yang sedang kita khawatirkan saat ini, selain faktor energi dan transportasi.
"Deforestasi di Indonesia menyumbang 75 persen gas rumah kaca," kata Joko Arif, Juru Bicara Kampanye Bidang Kehutanan Greenpeace di Jakarta, Selasa (26/5).
Menurut data yang dirilis Food Agricultural Organization tahun 2007, laju perusakan hutan 1,8 juta hektar per tahun. Dalam 1 menit perusakan hutan terjadi seluas 5 kali luas lapangan sepak bola. Dengan kata lain, dalam sejam hutan seluas 300 lapangan sepak bola rusak.
Untuk itu, Joko mendesak agar dilakukan moratorium deforestasi dan mengurangi bahan bakar batu bara. "Batu bara merupakan bahan bakar fosil terkotor, yang menyumbang gas rumah kaca, seperti CO2, NO2, CH4," tutur Joko.
Sebenarnya, ada banyak energi alternatif yang disebut energi bersih untuk mengganti bahan bakar fosil yang tidak ramah lingkungan. "Indonesia memiliki potensi energi panas bumi terbesar di dunia, punya energi sinar matahari sepanjang tahun, energi angin di Indonesia timur, dan mikrohidro di daerah yang punya sungai," tutur Joko.
Jika pemerintah tidak menyikapi isu ini, kita tinggal menunggu bencana yang mengerikan. "Pada tahun 2025 Bandara Soekarno Hatta tidak bisa digunakan karena tergenang air, dengan catatan tidak ada usaha yang dilakukan pemerintah untuk perbaiki lingkungan," pungkas Joko.
ONE
Akses http://m.kompas.com di mana saja melalui ponsel, Blackberry, iPhone, atau Windows Mobile Phone Anda
0 komentar:
Posting Komentar