Can you tell us the result you and your People has produced with territories mapping last year?
-
Stories About Beautiful Papua
Every Single Place In Papua Have Its Stories To Be Shared To Build Other People Understanding About This Island
-
The Last Frotier Primary Forests
With 42 Million ha of forests, Papua play crucial rules in Indonensia forests development targets.
-
Women and Natural Resources
Forests or land right are not only about Man. So understanding the roles women and the impact of forests changes to women are also crucial
-
Our Traditional Value
Papuan Community Have Been Living for Centuries with Their Knowledge and Wisdom in Managing Natural Resources and Practice Best Conservation
-
For Papuan Generation
Every Works We Do Now Must Be Dedicated To The Future Papuan Generation
-
Dependency to Forests Resources
Practicing Good Forests Governance in Papus About Understing the Right of Indigenous People and Their Dependency to Natural Resources
-
All Are Wonderful
You Will Get Good Scene That You May Not Able Somewhere Else - Only In PAPUA
-
Bitter Nut Is Papuan Favorit Gums
Bitter Nut or In Papua We Call 'Pinang' Is The Local Gum You Can See In Every Corner of the Cities. Papuan People Love To Chewing It. Sometime People Consider It As Contact Material When You Travel to The Village
-
Papuan Traditional Conservation Practices
For Centuries, Papuan Has Practicing Local Wisdom to Sustainaible Use of Natural Resources. They Have Traditional Education System to Teaching Them How To Interact With Human, Spiritual Power and Understanding The Words Of Nature
Kamis, 26 Februari 2015
Why Customary Boundary Map Is Important for the Community in Moi – Sorong, West Papua Province of Indonesia?
Can you tell us the result you and your People has produced with territories mapping last year?
Sabtu, 10 Januari 2015
Mapping The Right of Moi Kelim in Sorong
This summary is trying to provides a flash back info about how the steps been taken, people involved and results be made in each process of mapping the Moi Kelim Customary Rights. Out of perfects the worked in kelim was held in many challenging issues include funding that were limited to support all listed process of Mapping.
Question and comment are welcome to sharpening the content? The revision version will come soon after this.
Tittle : Info Brief: Mapping The Right of Kelim, Sub Tribe of Moi in
Sorong, 2013 - 2014
Author: Yunus Yumte
Year : 2015
DOWNLOAD
The Beauty of Baliem Valley in Pictures
"Honai' traditional houses of Hubula people in Baliem valley. A wooden made wall with grass roof. This is the honai for Woman. Usually a women with their kids and pig will live together in this small wooden houses.
The valley is surrounded by beautiful mountain and wild yellow floweer. Blue skies are also coloring the landscape.
Geographically the valley is in 1600 m above sea level so most of the trees are small araucaria species with small diameter as a implication of adaptation to pressure and weather. Most of the community are using the trees as a fire woods.
"Becak' an Indonesia modified bike that be used as the public transport. It mostly operated by young and teenager in Wamena (the capital city) after their school.
A man wearing koteka (traditional penis cover made from pumpkin) in town. It still common to find the old man wearing koteka in the city. Mostly they will ask for cash if you want to take a picture with them and sometime the hold something to sell.
Tradition honai for men. Lay in valley with beauty scene of hilly and silent wind.
Main wall of the tradition community yards, a door to open in a residence. A young girl stand and watch for every one who took a picture of her.
3 Women, wearing traditional clothes after traditional dancing.
Susi Air, one of the airplane company services in remote areas in Papua. This small pilatus airplane are fly with 6 passenger. It has a regular schedule to fly from and to Wamena.
The scene of Wamena city from the airplane. Massive development has happen and change the structure of the landscape cover.
A big mountain can be seen from the valley.
Minggu, 30 November 2014
Customary Boundary Map Declaration and Agreement of Moi Kelim
Selasa, 04 November 2014
Village Forests Licenses for Sira and Manggroholo
Rabu, 17 September 2014
REDD+, GHG Emission Reduction and Right of Indigenous Papuan
No
|
Province
|
Villages
|
In/Around forests
|
%
|
Data sources
|
1
|
Papua
|
2,337
|
2,071
|
89
|
Papua Prov
Spatial Plan 2011 – 2031
|
2
|
Papua
Barat
|
1,205
|
718
|
60
|
West Papua
Prov, Spatial Plan 2010 – 2030
|
|
Total
|
3,510
|
2,789
|
79
|
Compilation
all resources.
|
No
|
Source of Emission
|
West Papua
|
Papua
|
||||
Area (ha/year)
|
Net Emission CO2e/year
|
(%)
|
Area (ha/year)
|
Net Emission CO2e/year
|
(%)
|
||
1
|
Forest Degradation
|
25,332
|
4,372,892
|
89
|
25,679
|
11,705,487
|
24
|
2
|
Deforestation
|
2,516
|
554,953
|
11
|
181,77
|
36,112,229
|
73
|
3
|
Other Land Use Change
|
5
|
2,168
|
0.04
|
16,429
|
1,488,233
|
3
|
|
|
27,855
|
4,930,014
|
100
|
223,880
|
49,305,951
|
100
|
- Increased the area of forest that is protected by 1,000,000 Ha, containing 500 million tonnes of carbon
- Increased the area of forest that should be sustainably managed by 3,914,000 Ha, containing 1,000 million tonnes of carbon. Within this category there is a very large shift from ‘production forest’ (decreased by 2.6 m Ha) to ‘limited production forest’ (increased by 4.7 m Ha), which reflects a greater emphasis on the sustainability of management for forest containing 800 million tonnes of carbon.
- Decreased the area of forest available for conversion to non-forest estate by 1.27 million hectares
No
|
Protecting
carbon Stock
|
Enhancing
carbon stock
|
1
|
Reducing
forest allocated for conversion in either Province or District Spatial Plans
|
Forest and
land rehabilitation
|
2
|
Reducing
annual logging allocation (Annual Allowable Cut)
|
Reclamation of
the areas used for mining
|
3
|
Implementing reduced
impact logging
|
Develop
community based reforestation (tree plantation)
|
4
|
Reducing the intensity of opening of forest cover along main roads
|
City forest
parks
|
5
|
Forests
designation (Forest Management Units)
|
Improve the use
of degraded land (low carbon stock area) for expansion of agricultural
investment
|
Senin, 15 September 2014
Kabupaten Konservasi Tambrauw dan Peran Mitra Pembangunan
Dalam rangka membangun kerjasama yang produktif, konstruktif dan saling mengisi antara Pemerintah Daerah Kabupaten Tambrauw dengan mitra pembangunan yang ada, pemerintah Daerah Kabupaten Tambrauw merasa penting untuk mengajak semua pihak untuk duduk bersama dalam sebuah ruang diskusi. Dimana diskusi sekaligus diarahkan untuk mengkonvergensikan program-program pemerintah daerah dengan program-program mitra pembangunan dalam rangka optimalisasi resources dalam mendorong pembangunan kabupaten konservasi yang lebih maju. Diskusi bersama ini juga diarahkan untuk secara bersama membangun target-target program yang realistis, ukuran capaian sampai dengan peran semua pihak dalam monitoring dan evaluasi pembangunan kabupaten Konservasi di Tambrauw nantinya
Diskusi ini dilaksanakan dalam rangka menyamakan persepsi dan agenda untuk mendukung kebijakan pembangunan kabupaten konsservasi di Tambrauw. Diskusi ini dilaksanakan dengan kerjasama aktif antara PEMDA Tambrauw, WWF, The Samdhana Insitute dan Fakultas Kehutanan UNIPA. Diskusi 2 hari ini dihadiri oleh sebagian besar SKPD yang berhubungan dengan lahan dan kehutanan di Kabupaten Tambrauw, BKSDH Papua Barat, Badan Pengelola Ekoregion Papua, Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat, BAPPEDALDA dan Masyarakat Adat.
Minggu, 14 September 2014
Penegakan Hukum Dan Arbitrase Dalam Pengelolaan Hutan Rendah Karbon

- Tidak adanya kepastian hukum penguasaan (tenurial
security) tanah-tanah adat /SDA/wilayah kelola masyarakat
- UU 41 tahun 1999 tentang Kehutanan yang
mendudukan masyarakat sebagai objek hutan dan tidak secara tegas
memberikan ruang pengakuan keberdaa masyarakat dan haknya atas sumber daya
alam. Serta cenderung memposisikan masyarakat sebagai perambah hutan yang
menggangung batas dan investasi pengelolaan hutan.
- Pemberian izin/hak oleh pejabat publik(menteri
kehutanan, menteri ESDM, Kepala BPN, Gubernur dan Bupati) yang memasukkan
tanah/wilayah kelola/SDA kepunyaan masyarakat adat/lokal ke dalam konsesi
badan-badan usaha raksasa dalam bidang produksi, ekstraksi, maupun
konservasi.
- Penggunaan kekerasan, manipulasi, dan penipuan
dalam pengadaan tanah skala besar untuk proyek-proyek pembangunan,
usaha-usaha raksasa dalam bidang produksi, ekstraksi, konservasi.
- Lemahnya penegakan hukum terhadap
perusahan-perusahaan dan okum-oknum pemerintah yang tidak disiplin di
Papua dalam membangun system yang tidak transparn dan melegalkan yang
ilegal. Sebagai contoh beberapa perusahaan perkebunan yang kecenderungannya
mengambil kayu komersil lalu pergi begitu saja dan tidak membangun
perkebunan. Lemahnya penegakan hukum dalam penyelesaian berbagai permasalahan
yang terjadi antara masyarakat sekitar hutan dan perusahaan akan
mengakibatkan konflik-konflik baru terjadi. Hal ini sering dijadikan pihak
ketiga seperti cukong-cukong kayu untuk memanfaatkan konflik tersebut demi
kepentingannya. Maraknya penebangan liar merupakan wujud ketidakharmonisan
pemerintah/aparat keamanan, perusahaan dan masyarakat sekitar hutan.
- Instrumen
hukum yang ada belum menunjukkan hasil yang maksimal dalam pemberantasan
korupsi. Korupsi tidak hanya merugikan keuangan negara semata, akan tetapi
telah melanggar hak asasi manusia dalam bidang sosial dan ekonomi.
Dalam pengertian REDD yang efektif dimana mekanisme pembagian manfaat dan pengakuan hak atas karbon menjadi kunci dan dikemas dengan system monitoring dan verifikasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Oleh sebab itu korupsi dan pelanggaran hukum dalam pengelolaan hutan menjadi perhatian. Mengemas system di daerah yang ‘trustable’ dengan transparansi palaporan dan pembagian manfaat financial yang didapat serta mekanisme tegas terhadap pelanggaran hukum menjadi kunci. “trus fund” diharapkan muncul sebagai unit dalam lembaga REDD daerah yang ‘public audits’ untuk menyediakan jaminan hukum dalam berinvestasi dalam memastikan manfaat yang terdistribusi secara adil