Dari padatnya kegiatan hari ini kembali ke rumah bersantai dengan Jus Sirsak dan biskuit, tiba-tiba terpikirkan untuk mengembangkan tulisan ini. Beranjak dari renungan pada mandeknya kegiatan dalam kerangka REDD+ di Indonesia seiring dengan dibubarkannya BP-REDD, rangkaian kegiatan fasilitasi masyarakat berlabel 'pengoraganisasi dan penguatan kapaitas', pengelolaan hutan yang sampai dengan kerangka manfaat yang harus diterima masyarkat dan sejenak memikirkan bahwa tanpa sadar sudah banyak dan besar sumber daya yang sudah dikeluarkan untuk mendukung pekerjaan di kampung. Renungan ini kemudian nyangkut pada 2 pertanyaan berikut: (1) apakah yang masyarakat nilai dari kegiatan-kita yang difasilitasi pemerintah, swasta, NGO/CSO, lembaga gereja atau institusi lain adalah pelajaran penting untuk merubah hidupnya kearah lebih baik ataukah (2) mungkin semua kita yang kita lakukan, semua logistik yang kita bawa, gaya hidup kita adalah hal-hal yang lebih sering dinilai masyarakat yang secara tidak sadar menanamkan nilai sosial baru dalam masyarakat? Bisa jadi keselurah kegiatan yang menurut kita baik, bisa berubah menjadi ancara terutama pada perubahan gaya hidup dan nilai sosial di masyarakat. Keseluruhan ide dibawah bisa dibantah atau diperdebatkan berdasarkan pengalaman masing-masing fasilitator lapangan.
Isu
lingkungan, pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan dan kepastian jaminan
hak dasar masyarakat serta peningkatan kualitas hidup masyarakat di Tanah Papua
merupakan sebuah pintu masuk yang lebar bagi berbagai komunitas NGO untuk ikut
mengambil peran dalam pembangunan di Tanah Papua. Meskipun secara umum dari
mereka memiliki batas waktu dalam melakukan sebuah kegiatan dengan target
tertentu. Program kerja yang dilaksanakan pun bervariasi termasuk objek yang
menjadi perhatian setiap lembaga. Hasil kerja NGO-NGO ini secara langsung maupun
tidak langsung memberikan perubahan-perubahan pada objek yang menjadi
concern-nya. Misalnya sebuah NGO konservasi melakukan kajian pada
wilayah-wilayah dengan nilai konservasi tinggi, secara langsung memberikan
rekomendasi pada bagaimana perlindungaan wilayah-wilayah tersebut dengan
meminta masyarakat untuk ikut menjaganya, namun dengan menjaga sumber daya ini,
secara langsung ruang akses masyarakat untuk memanfaatkan hasil didalamnya akan
menjadi berubah termasuk pemahaman terhadap tata nilai dari kawasan bernilai
konservasi tinggi tersebut.
Signifikansi dari peran NGO-NGO di Papua membuat
keberadaannya dalam lingkungan kerja di Papua menjadi bagian penting dalam
pembangunan termasuk pembangunan masyarakat. Dalam 20 tahun terakhir harus
diakui bahwa keikutsertaannya dalam pembangunan di Papua telah memberikan
banyak perubahan. NGO-NGO yang bekerja di Papua secara langsung maupun tidak
langsung ikut mengambil peran dalam pembangunan masyarakat dan perubahan
beberapa tatanan nilai baru di internal masyarakat. sadar atau tidak sadar
semua aktifitas dan pelengkap mendukung
aktifitas memberikan nilai tersendiri yang hidup dan berkembang di masyarakat.
Sampai
sekarang NGO-NGO di Papua, baik lokal, nasional maupun internasional bersama
pemerintah Pusat, Propinsi dan Daerah secara aktif ikut mendukung berbagai
skema pembangunan yang ada di Tanah Papua.
Untuk isu lingkungan sendiri sekitar
lebih dari 20 NGO yang secara aktif terlibat untuk menyuarakan dan
berkontribusi dalam pekerjaan didalam isu dan objek lingkungan ini.
Isu perubahan iklim dan skema REDD yang
ditawarkan sebagai sebuah pilihan untuk langkah mitigasi perubahan iklim dengan
menominasikan tanah Papua sebagai salah satu site untuk mengimplementasikan
skema ini tidak terlepas dari peran NGO. Bahkan NGO-NGO lingkungan dan
masyarakat sampai sekarang dan beberapa tahun kedepan akan secara aktif
mendukung persiapan implementasi skeme ini di Tanah Papua. Keterbatasan yang
ada di Tanah Papua dipandang sebagai sebuah ancaman apabila tidak ada kesiapan
yang baik untuk melaksanakan skema pembangunan perubahan iklim ini.
Potret Singkat Penghidupan
Masyarakat Papua
Telah
banyak sosiolog dan antropolog yang melakukan kajian dan mengungkapkan
fakta-fakta dan informasi tentang penghidupan di Tanah Papua. Termasuk
bagaimana pola hubungan ketergantungan masyarakat terhadap sumber daya alam di
sekitar mereka. Kajian-kajian bahkan ulasan cerita singkat kegiatan ini terus
membuka jendela pengetahuan tentang penghidupan di Tanah Papua. Hampir sebagian
besar para pengkaji dan semua pihak sepakat bahwa ada hubungan yang erat antara
penghidupan masyarakat di Tanah Papua dengan sumber daya alam yang mereka
miliki. Dimana hampir semua kajian penghidupan masyarakat di Papua menyimpulkan
bahwa hutan mengambil peran penting dalam penghidupan masyarakat. Selain hutan
hasil pertanian dan perikanan (laut dan darat). Ketergantungan ini berlangsung
cukup lama bahkan sampai sekarang hutan, lahan kebun (pertanian) dan
sungai/laut merupakan bagian penting dari penghidupan masyarakat Papua.
Pola penghidupan masyarakat Papua, sebagian
besar masih tradisional. Aktifitas-aktifitas seperti berburu, meramu, mengumpulkan
hasil alam yang ada secara alami dan mengolah lahan untuk berkebun tradisional
masih menjadi aktifitas utama bagi sebagian besar masyarakat terutama mereka
yang hidup di Kampung. Esktraksi sumber daya alam masih menjadi pilihan utama
bagi mereka untuk hidup. Sedikit pergeseran hanya dirasakan didaerah perkotaan
dimana sebagian dari mereka ada yang menggantungkan hidupnya dengan bekerja
sebagai PNS atau pekerja-pekerja lain yang bisa di akses di kota dengan
kemampuan yang mereka miliki. Pergeseran ini secara sadar harus di akui
merupakan efek dari pembangunan. Pembangunan yang dilaksanakan oleh
actor-aktornya secara khusus memberikan dampak pada munculnya sebuah nilai baru
dalam penghidupan masyarakat. Beberapa kajian menarik tentang penghidupan
masyarakat dan hubungannya dengan sumber daya alam secara baik menjelaskan
hubungan ini termasuk ketergantung sumber cash dan non-cash masyarakat Papua di
dalam dan sekitar hutan. Fakta menunjukan orang Papua secara dominan mengambil
peran dalam kegiatan ekonomi hanya pada pasar-pasar tradisional, dimana mereka
umumnya hanya menjual hasil kebun dan hasil alam lain yang mereka
punya/kumpulkan. Hutan, sungai dan
kebun merupakan dapur dan pabrik alam yang selalu menjadi harapan utama dalam
menjamin keberlanjutan kahidupan masyarakat.
Masyarakat
Papua merupakan masyarakat yang sedang hidup dalam sebuah transisi peradaban
dalam waktu yang singkat dari kehidupan berburu, meramu, mengumpulkan makan dan
berladang menuju sebuah penghidupan modern yang kompleks, yang tidak pernah diketahuinya
sebelumnya. Hal ini sangat jelas bahwa mereka secara umum belum mampu secara
cepat beradaptasi dengan berbagai konsep pembangunan dan berbagai hal baru yang
dialami sekarang. Perubahan ini merupakan pengaruh dari pembangunan modernisasi
yang begitu cepat pada saat yang tidak seimbang dengan pergerakan perubahan
pembangunan dalam pola penghidupan ekonomi yang stabil. Gambar sebelumnya
merupakan salah satu contoh hasil analisi penghidupan masyarakat yang kami
temukan berdasarkan hasil penerapan Alat bantu pengaitan kemiskinan-hutan (Forest-Poverty Toolkit),
dimana secara scientific dan statistic menunjukan penghidupan masyarakat di
Kampung Esania ini lebih dari 80% bergantung pada sumber daya alam.
Hasil Anasilis Hubungan Antara Penghidupan Masyarakat dengan Sumber Daya Hutannya
Secara
culture, masyarakat Papua merupakan kelompok masyarakat yang hidup dibawah
sturktur dan aturan adat yang secara turun temurun dipegang dan dihormati.
Nilai-nilai sosial dan adat telah muncul dan menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari hidup mereka. Nilai-nilai adat ini sebagian diantaranya yang
mengatur tata kelola sumber daya alam masyarakat dan pola hubungan komunikasi
dan interaksi antara masyarakat dengan masyarakat dan dengan pihak luar. Termasuk
nilai-nilai sosial yang berkembang untuk menghargai makanan-makanan khas
sebagai bagian dari identititas budaya.
Sagu,
ubi-ubian, sayuran hutan, hewan buruan (Babi, Rusa, Kus-Kus) ikan, udang, dan
makanan lain, merupakan nilai sosial tersendiri dalam penghidupan masyarakat
Papua.
Pengaruh Pembangunan Terhadap Tata
Nilai Sosial di Papua
Perubahan kearah yang lebih baik merupakan
harapan dari sebuah proses pembangunan. Proses pembangunan sendiri memiliki
dampak yang luas terhadap sistem dimana proses tersebut di aplikasikan. Dampak
yang muncul tidak serta merta dipandang sebagai sebuah pencapaian maksimal.
Bahkan perubahan yang diukur dengan kriteria dan indikator yang telah
ditetapkan belum bisa secara sah dianggap sebagai sebuah ukuran mutlak dalam
capaian tersebut. Pembangunan masyarakat merupakan aktifitas atau program yang
sangat dinamis untuk diukur capaiannya. Dimana perubahan tatanan nilai serta
teradopsinya sebuah nilai sosial baru dalam masyarakat merupakan sebuah dampak
terbesar dari sebuah proses pembangunan.
Perubahan yang muncul
sebagai akibat dari pembangunan tidak hanya dilihat dalam bentuk fisik
sarana-prasarana saja, tetapi secara nyata pada perubahan nilai dan pola hidup
masyarakat. Tidak bisa di sangkal lagi bahwa telah terjadi banyak perubahan
pada tatanan penghidupan di Papua, terutama perubahan pada masyarakat sebagai
akibat dari pembangunan. Selama proses transisi peradaban ini, masyarakat Papua
telah mengalami banyak sekali metamorfosis nilai sosial dan pola penghidupan.
Sebagai contoh pembangunan dengan konsep ekonomi modern dengan diperkenalkan
pasar sebagai tempat menukar uang dengan barang/jasa dan uang sebagai alat
tukar umum, telah mendogma pikiran sebagian besar masyarakat bahwa uang
merupakan arah hidup. Sehingga sebagian besar masyarakat mengubah pola
pemenfaatan sumber daya alamnya dari subsisten untuk keperluan konsumsi harian
keluarga ke proporsi yang lebih besar pada peningkatan pendapatan uang tunai
keluarga. Sebagian bahkan menawarkan jasa dari apa yang mereka miliki untuk
mendapatkan uang tunai.
Beberapa
perubahan lain yang mencolok adalah pada pola konsumsi masyarakat dimana ada
pergeseran pada beberapa pangan lokal ke pangan impor yang belum bisa
diproduksi sendiri oleh masyarakat Papua. Sebagai contoh, sagu yang selama ini
menjadi pangan lokal beberapa masyarakat telah mengalami pergeseran akibat
program beras murah (beras untuk rakyat miskin). Pemerintah sendiri berperan
sebagai actor yang memberikan beras kepada
masyarakat sebagai pangan di kampung. Contoh
lain: ditemukan fakta bahwa
sebagian besar masyarakat lebih memilih
untuk menjual Ubi dan Sagu yang merupakan sumber karbohidrat mereka selama ini
hanya untuk membeli beras. Dan mereka menjual sayuran segar, ikan dan udang,
dan membeli ikan kaleng mie-intant dan rokok untuk dibawa kembali ke Kampung.
Perubahan
lain muncul pada pemberian nilai sosial terhadap sesuatu, sebagai contoh: penetapan ukuran kesejahteraan keluarga di
kampung dulunya untuk pandangan orang di Papua, mereka yang masuk dalam
kategori kaya atau mampu adalah panglima perang yang memiliki tanah yang luas,
hewan peliharaan (babi) yang banyak, atau dibeberapa tempat seperti di Wamena;
mereka yang dianggap kaya adalah mereka para lelaki yang memiliki istri lebih
dari 2. Namun indicator ini sudah bergeser dan terkikis, dimana untuk ukuran
sekarang apabila kita bertanya siapa yang paling kaya atau sejahtera di
Kampung, masyarakat secara umum menjawab meraka yang mampu pergi ke kota karena
punya sara transportasi modern dan mampu membelanjakan uangnnya untuk
membeli perlengkapan elektronik, dll.
Sebagian
orang berpendapat bahwa dengan adanya pemerataan pembangunan di Papua,
termasuk didalamnya pembangunan sarana prasarana akan mendorong peningkatan
kualitas hidup masyarakat yang lebih baik. Peningkatan kualitas hidup ini lebih
dianalogikan dengan kemampuan masyarakat mendapatkan pendidikan dan kesehatan
yang baik serta memiliki pendapatan rumah tangga yang stabil bahkan meningkat
setiap tahunnya. Lalu terbukanya aksesibilitas dan kejelasan status wilayah
dianggap sebagai sebuah kunci pembangunan yang transparan dan menghargai
hak-hak masyarakat sebagai pemilik wilayah tersebut, namun faktanya bahwa
transparansi ini menimbulkan sebuah dampak baru dalam masyarakat yang belum
mampu secara baik mengerti manfaat dari kejelasan tersebut. Lapangan pekerjaan
yang tersedia manjadi pertanyaan tersendiri bagi masyarakat. Pertanyaannya adalah siapa yang akan mampu secara mudah mendapatkan kesempatan kerja ini?
Beberapa
pertanyaan kritis keluar “siapakah yang diuntungkan dari proses pembangunan di
Papua yang digaungkan dengan ide pemerataan pembangunan untuk kesejahteraan
masyarakat?” Apakah setiap actor/pelaksana pembanguan memberikan pengaruh
positif terhadap pembangunan di Papua? Apakah hasil pembangunan menunjukan
peningkatan kualitas hidup manusia Papua yang setara dengan tempat lain di
Indonesia? Apakah setiap skema pembangunan yang persiapannya baik memberikan
dukungan terhadap kelestarian tata nilai sosial masyarakat terutama hukum dan
aturan adat yang berlaku dalam masyarakat, serta mendorong peningkatan kualitas
hidup masyarakat yang menjadi objek pembangunan? Dan apakah pengelolaan sumber
daya alam yang merupakan dapur bagi masyarakat Papua mampu memberikan manfaat
yang besar bagi penghidupan masyarakat? Rentetan pertanyaan ini yang perlu
menjadi perhatian tersendiri untuk melihat pengaruh dari pembangunan terhadap
penghidupan masyarakat Papua.
Pembangunan fisik berupa sarana dan prasarana
serta beberapa bantuan-bantuan sosial yang diberikan kepada masyarakat
merupakan beberapa perubahan yang secara fisik dapat dilihat oleh mata serta
dapat diukur dengan nilai-nilai tertentu termasuk nilai ekonomisnya (uang).
Namun perubahan kearah bagaimana masyarakat itu secara mandiri mampu untuk
melakukan kegiatan ekonomi untuk mendukung penghidupannya belum secara optimal kelihatan.
Sebagian besar masyarakat Papua adalah konsumen terhadap setiap produk-produk
pasar yang beredar. Bantuan-bantuan sosial serta beberapa progam pembangunan
non-fisik yang turun ke masyarakat secara signifikan merubah tatanan nilai
sosial yang telah tumbuh dan berkembang di masyarakat. Sebagian masyarakat
bahkan menjadi malas dan tetap berharap akan mendapatkan bantuan yang banyak
dari pemerintah. Namun harus diakui bahwa keuntungan terbesar berupa
peningkatan pendapat dirasakan oleh implementator pembangunan itu sendiri.
Pengaruh Impelmentasi Pembangunan
Terhadap Penghidupan Masyarakat Papua
Secara
sadar telah ditemukan fakta bahwa telah terintroduksi budaya, nilai social, dan
tatanan kehidupan baru sebagai akibat dari perkembangan pembangunan sudah
sangat mempengaruhi dan mengikis pola penghidupan dan pola ketergantungan terhadap
sumber-sumber penghidup yang selama berabad-abad berkembang. Secara jelas
dilapangan terkuak fakta bahwa sebagian besar perubahan ini terjadi karena
aktifitas pembangunan ini melalui peran berbagai actor baik langsung maupun.
Perubahan ini ada yang bersifat membangun namun ada yang menimbulkan pengaruh
yang negative pada tatanan penghidupan masyarakat yang baru.
Fakta
menujukan bahwa masyarakat Papua telah terjebak dalam pola konsumerisme yang
cukup tinggi, dengan perubahan pembangunan yang sangat cepat dan masuknya
nilai-nilai social serta fakta lain yang baru sudah menggeser sedikit pola
penghidupan masyarakat yang lama. Lihat gambar disamping, ini merupakan salah
satu fakta nyata dimana Mie instant sudah menjadi sebuah makanan masyarakat,
bahwa sayuran terkadang menjadi pilihan berikut apabila ada mie dirumah
masyarakat.
Fakta lain terkait perubahan pada nilai social
masyarakat yaitu adalah pada penetapan ukuran kesejahteraan keluarga di kampung
dulunya untuk pandangan orang di Papua, mereka yang masuk dalam kategori kaya
atau mampu adalah panglima perang yang memiliki tanah yang luas, hewan
peliharaan (babi) yang banyak, atau dibeberapa tempat seperti Wamena yang kaya
adalam mereka para lelaki yang memiliki istri lebih dari 2. Namun indicator ini
sudah bergeser dan terkikis, dimana untuk ukuran sekarang apabila kita bertanya
siapa yang paling kaya atau sejahtera di Kampung, masyarakat secara umum
menjawab meraka yang mampu pergi ke kota karena punya sara transportasi
modern dan mampu membelanjakan uangnnya untuk membeli perlengkapan elektronik,
dll. Lihat tabel berikut, ini adalah beberapa indikator, yang sekarang menjadi
ukuran kesejahteraan di Kampung. Semua nilai social
dan tatanan penghidupan baru ini muncul karena adanya pengaruh dari hasil
pembangunan dan dari interaksi antara masyarakat dengan actor/pelaksanaan
pembangunan.
Kenapa Kegiatan Persiapan REDD Selama
ini Dianggap Menjadi Ancaman Terhadap Introduksi Nilai Sosial Baru Pada
Masyarakat di Kampung?
Isu
REDD bahkan REDD++ menjadi isu hangat yang terus dibahas oleh semua pemangku
kepentingan, baik internasional, nasional, daeran bahkan sudah sampai ke
masyarakat Adat. Banyak yang berkepntingan dan berusaha untuk terlibat aktif
dalam setiap proses persiapan REDD ini. Begitu juga di Papua, berbagai
rangkaian kegiatan, baik yang dilakukan oleh pemerintah, maupun NGO sudah
dilakukan diberbagai level bahkan ditingkat masyarakat, informasi tentangg REDD
ini pun telah dikemas sesederhana mungkin dan disampaikan dalam bahasa yang
lebih sederhana kepada masyarakat. Bahkan sudah banyak muncul statement di
daerah bahkan kampung mengenai dukungan maupun penolakan terhadapa isu ini.
Namun terlepas dari itu semua, ternyata pada
rangkaian kegiatan yang dilakukan ini ada nilai lain yang berkembang di
masyarakat dan muncul sebuah pemikiran-pemiran baru yang lebih mengarah pada
keingginan untuk sama atau memilki hal yang sama dengan para actor yang datang
untuk mendukung persiapn REDD ini di kampung. Berikut sedikit fakta menarik
yang ditemukan selama kegiatan lapangan dalam kurun waktu 2009 – 2013: