Di dalam Gedung utama tempat penjualan ikan suasana pasar yang riuh dan ramai dengan proses tawar-menawar dan transaksi ekonomi yang terjadi. "ekor-kuning.... ikan merah.... gurapu... julung.... cumi-cumi.... " terdengar suara para penjual berusaha memikat para pembeli yang sore ini, karena cuaca cukup cerah jumlahnya banyak dan mebuat padat pasar. Luther seorang pedagang asli Papua adalah salah satu dari pedagang di pasar induk sanggeng. Lelaki muda yang umurnya masih sekitar 30 tahun ini keseharian/pekerjaan utamanya adalah pedagang ikan. "ikan jenis kerapu, lalosi ekor kuning atau kakap merah kalau mau cari yang segar, harus datang hari jumat atau sabtu, kerena ketong pu nelayan baru datang dari laut" jelasnya. "Ikan banyak, tetapi pembeli kurang, makannya kita siapkan box-box es dan tempat penyimpanan seperti dibelakang sana untuk tetap memastikan ikan tidak rusak dan bisa dijual lagi besok paginya. Tapi tidak tahan lama dan harus segera dijual atau dimakan karena kita tidak mau tahan ikan lama-lama" Luther kembali menjelaskan bagaimana mereka berjualan. Hampir semua pedagang di pasar induk sanggeng memiliki freezer atau box es untuk tetap menjaga kualitas ikan dan box-box ini berjejer rapi memadati gudang penampungan yang sudah dibangun oleh pemerintah. Luther setiap harinya menjual jenis-jenis ikan seperti kakap, kerapuh dan bubara yang memiliki kandungan protein tinggi dan nilai pasar yang tinggi pula. Sampai sore menjelang malam pasar mulai sepi tampak sebagian pedagang yang tidak habis dagangan ikannya mengemas ikan untuk segera disimpan di dalam pendingin. Kira-kira hampir 30% dari total ikan yang dijual dibawa kembali untuk disimpan dan dijual pada hari berikutnya. Ada beberapa yang beruntung dagangannya habis tentunya.
Bapak Rumadas dari Dinas perikanan Kabupaten Manokwari pada saat ditemui mengatakan bahwa prospek usaha perikanan di Manokwari khususnya dan Papua Barat secara keseluruhan masih sangat tinggi tetapi pemasaran masih menjadi kendala utama mengapa belum signifikan kontribusi sektor perikanan terhadap pendapatan daerah. "Kalau ada pasar yang menguntungkan dan mendekat langsung dengan masyarakat pastinya akan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat" terangnya. Pilihan pasar yang dominan hanya didalam Manokwari sejauh ini atau pasar lokal sebenarnya tidak seimbang dengan jumlah tangkapan yang dilakukan masyarakat. Sehingga faktor ini mempengaruhi masyarakat untuk tidak mengumpulkan dalam jumlah yang banyak karena kekhawatiran tidak terjual semua. Menghitung bagaimana jumlah hasil tangkapan dari puluhan nelayan di Kabupaten Manokwari setiap harinya sudah pasti akan membawa kita pada pertanyaan bagaimana seharusnya penatausahaan hasil perikanan laut dilakukan? Penyediaan pilihan pasar seperti apa yang harus dihadirkan untuk memastikan orang-orang seperti La Jumat dan Luther mendapatkan manfaat lebih dari usahanya sekaligus bagaimana mereka bisa berkontirbusi pada pertumbuhan ekonomi daerah?
Potensi Tinggi, Belum Optimal dikelola, Minim Pasar
Papua dengan laut yang luas dan belum banyak terkontaminasi sudah pasti menjadi rumah ternyaman bagi berbagai jenis ikan. Raja Ampat misalnya sebagai salah satu yang terkenal parairan dan pulaunya berdasarkan hasil riset CI dan TNC tercatan > 450 jenis ikan karang, semua tipe jenis ikan tuna dan ribuan biota laut yang nilai ekonomi tinggi bisa ditemukan ini. Sebagai bagian dari coral triangle area, sekitar 70% dari total spesies ikan dunia ada disini. Inilah kenapa kemudian kepulauan Raja Ampat saat ini mendunia dan menjadi satu pilihan destinasi wisata exclusive bagi para pencinta laut. Kebanggan laut Papua Barat masih terus harum dengan nama-nama besar seperti PT. Usaha Mina di Kota Sorong dengan hasil tuna-nya serta PT. Wimbrow di Kabupaten Teluk Bintuni dan PT. Avona di Kaimana dengan produksi udangnya. Tidak tangung-tanggung; PT Usaha Mina misalnya menangkap dan mengirimkan > 400 ton ikan tuna pada tahun 2013 dengan laba bersih mencapai Rp. 17 miliar.
Pengembangan sektor perikanan laut pada berbagai pilihan kelas produksi dan pasar belum dilakukan secara baik. Kecenderungan untuk tetap memberikan pasar dikontrol bebas dan urusan outreach market diluar daerah menjadi tanggung jawab masing-masing orang atau kepada siapa yang membaca peluang tanpa campur tangan serius pemerintah kelihatan menjebak progress pembangunan industri perikanan yang maju. Cerita bagaimana nelayan dan para pedagang di pasar sanggeng harus menyimpan ikannya kembali karena tidak habis terjual adalah persoalan krusial di sektor perikanan yang harus direspon. Mendapatkan nilai tambah ekonomi, pendapatan daerah dan penigkatan penghasilan masyarakat adalah ketika pertumbuhan pasar dan intensitas jual beli/transaksi pasar terjadi bukan hanya inter wilayah atau lokal tetapi juga intra wilayah. Mendekatkan pasar dan menghadirkan pilihan pasar produk perikanan kepada masyarakat adalah langkah yang perlu dilakukan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi kerakyatan Papua dari sektor perikanan. Bagaimana kemudian ikan Kakap, Kerapu, Bubara dan Tuna yang di pasar-pasar di Jakarta, Surabaya bahkan pasar luar adalah ikan-ikan yang mahal tetapi masih menjadi buruan konsummen perlu dicermati dan ditindaklanjuti serius untuk meningkatkan pemanfaatan hasil laut yang lebih besar dan bermanfaat bagi masyarakat dan daerah.
Perikanan menjadi bagaian dari satu sektor ekonomi "primitif" yang mana lebih dari 30% penduduk asli Papua bergantung pada-nya. Potret pasar sanggeng Manokwari sebagai satu contoh dimana jumlah pedagang dan nelayan Papua yang melebihi 50% dan bagaimana pertukaran dan transaksi ekonomi yang terjadi bisa mencapai puluhan juta rupiah dalam sehari adalah titik penting membangun ekonomi Papua dari sektor perikanan dengan melihat pada kekuatan dan persoalan yang harus respon.