My Ideas and Stories About PAPUA

Making the rich and beautiful resources in Papua become the social economic strength for Papuan has become the long home works. Many people believe that the early start to find the answer is by understanding how Papua looks like, their communities and their special strength. And it can be realize by directly in touch with them. This blogs provides you chance to touch and gets insight ideas, trends and stories about Papua.
  • Stories About Beautiful Papua

    Every Single Place In Papua Have Its Stories To Be Shared To Build Other People Understanding About This Island

  • The Last Frotier Primary Forests

    With 42 Million ha of forests, Papua play crucial rules in Indonensia forests development targets.

  • Women and Natural Resources

    Forests or land right are not only about Man. So understanding the roles women and the impact of forests changes to women are also crucial

  • Our Traditional Value

    Papuan Community Have Been Living for Centuries with Their Knowledge and Wisdom in Managing Natural Resources and Practice Best Conservation

  • For Papuan Generation

    Every Works We Do Now Must Be Dedicated To The Future Papuan Generation

  • Dependency to Forests Resources

    Practicing Good Forests Governance in Papus About Understing the Right of Indigenous People and Their Dependency to Natural Resources

  • All Are Wonderful

    You Will Get Good Scene That You May Not Able Somewhere Else - Only In PAPUA

  • Bitter Nut Is Papuan Favorit Gums

    Bitter Nut or In Papua We Call 'Pinang' Is The Local Gum You Can See In Every Corner of the Cities. Papuan People Love To Chewing It. Sometime People Consider It As Contact Material When You Travel to The Village

  • Papuan Traditional Conservation Practices

    For Centuries, Papuan Has Practicing Local Wisdom to Sustainaible Use of Natural Resources. They Have Traditional Education System to Teaching Them How To Interact With Human, Spiritual Power and Understanding The Words Of Nature

Sabtu, 30 Mei 2009

Contact



Any more information or clarification in related to the ideas, stories and news in this blog please contact me on email: mr.papua.y@gmail.com

Regards,
www.tapakbatas.blogspot.co.id

Selasa, 26 Mei 2009

Tabel Berat Tepung Sagu Duri di Sorong Salatan, Barat

Di posting saya sebelumnya http://tapakbatas.blogspot.co.id/2009/05/model-matematis-penduga-berat-tepung.html saya sudah share ringkasan penelitian saya dengan model matematis yang  coba hitung dan hasilkan untuk melihat hubungan korelasi antara volume pohon sagu yang diukur dengan pendekatan diameter (Dbs) dan tinggi bebas pelapah (Tbp). Melengkapi postingan tersebut, tulisan kali ini adalah lebih jauh berbagi tentang table berat tepung basah pohon sagu duri (Matroxylon Rumphii) yang tumbuh disorong selatan dan dimanfaatkan secara massive oleh masyarakat adat disana. Table ini adalah pengolahan lanjutan dari model penduga yang sudah saya susun.

Table ini menurut saya sangat bermanfaat dan akan membantu masyarkat, korporasi, pemrintah atau pihak lain yang ingin secara cepat mengetahui berapa banyak kira-kira jumlah tepung sagu basah yang bisa dihasilkan dari proses extraksi secara tradisional yang dilakukan oleh masyarakat adat di sekitar Kais, Kokoda, Teminabuan, Buuk dan Beraur di Sorong Selatan. Detail tentang tabel berat yang saya dapatkan dari penelitian saya bersama cara membaca dan memahaminya bisa didownload di link ini: https://drive.google.com/file/d/0BygScToA2HKFY0FxM1hHd0lneHc/view?usp=sharing


Dari hasil penelitian dan tabel berat yang saya susun ini saya mencacat point penting bahwa pendekatan penghitungan nilai manfaat sagu kepada masyarakat sedianya tidak dilihat jumlah pohon dan jumlah batang yang ada didalam satu hamparan hutan sagu tetapi dari jumlah tepung yang bisa dihasilkan dari total bataang sagu tersebut. Saya melihat bahwa dengan potensi yang besar sangatlah besar kemungkinan satu waktu exploitasi skala besar akan masuk ke wilayah ini terutama untuk industry pengolahan sagu. Sangatlah disarankan agar pendekatan berat dipakai sebagai acuan dalam penentuan nilai produksi dan manfaat yang harus diterima oleh masyarakat.

Minggu, 24 Mei 2009

Model Matematis Penduga Berat Tepung Sagu

YUNUS YUMTE. Penyusunan Model Penduga Berat Basah Tepung Sagu Duri (Metroxylon rumphii) di Kabupaten Sorong Selatan Propinsi Papua Barat. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyusun model matematika yang dapat digunakan untuk menduga berat basah tepung sagu (kg/pohon) di Kabupaten Sorong Selatan Propinsi Papua Barat. Penelitian ini berangkat dari fakta bahwa Pulau Papua telah dianggap sebagai pusat keanekaragaman tanaman sagu. Maka informasi yang banyak tentang sifat-sifat atau karakteristik-karakteristik dari tanaman sagu sangat diperlukan untuk menjamin kestabilan dan keberlanjutan pengelolaan hutan sagu di Papua.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Mei tahun 2008 di Kabupaten Sorong Selatan. Jenis sagu yang dijadikan objek penelitian ini adalah Sagu Duri (Metroxylon rumphii). Pohon sagu contoh diambil di Distrik Kais, Teminabuan dan Seremuk. Jumlah pohon contoh yang berhasil diukur adalah 52 pohon. Pohon sagu contoh ini diambil dengan pertimbangan sebaran tempat tumbuh, sebaran diameter dan sebaran tinggi bebas pelepah. 52 pohon contoh tersebut dikelompokan per kelas diameter setinggi dada (Dbh) dengan selang tiap kelasnya adalah 5 cm, dan kelas tinggi bebas pelepah (Tbp) dengan selang tiap kelasnya adalah 5 m.
Berdasarkan pada hasil penelitian diketahui bahwa diameter setinggi dada pohon sagu di Kabupaten Sorong Selatan mencapai 64 cm dan tinggi bebas pelepah mencapai 21 m. Hasil produksi basah tepung sagu per pohon berkisar antara 87 – 368 kg dengan rata-rata berat basah tepung sagu 189,22 kg. Bentuk pohon sagu di Kabupaten Sorong Selatan tidak silindris dimana diameter batang bagian tengah lebih besar dari diameter batang bagian pangkal dan bagian ujung. Sehingga volume aktual yang diperoleh dari hasil pengukuran lebih besar dari volume silindris (1/4 ยต (D(cm)/100)2 T(m)). Dimana berdasarkan hasil perhitungan diperoleh volume aktual rata-rata pohon contoh adalah 2,635193 m3 sedangkan volume silindris rata-rata pohon contoh adalah 2,169902 m3, dengan volume aktual pohon contoh terbesar mencapai 7,348883 m3. Berdasarkan hasil perhitungan terhadap 52 pohon contoh ini, juga diperoleh nilai angka bentuk (f) batang sagu sampai batas yang dianggap produktif untuk menghasilkan tepung sagu sebesar 1,26133.
Dari total 52 pohon contoh, 35 pohon contoh digunakan untuk tahap penyusunan model dan 17 pohon contoh untuk uji validasi model. Analisis regresi digunakan untuk mendapat model penduga berat basah tepung sagu. Berdasarkan analisis pada tahap penyusunan model dan uji validasi model, diketahui bahwa model Schumacher-Hall (Ws = 1,795 (Dbh)0,648 (Tbp)0,874) lebih baik untuk menduga berat basah tepung sagu di Kabupaten Sorong Selatan.

Mr.Yumte

Senin, 18 Mei 2009

Cerita Lapang Jilid I


Halo kawan-kawan,

Halo kawan-kawan semua, aku mau cerita sedikit tentang apa yang aku dapat selama kegiatanku dilapangan. Satu hal yang mau aku katakan pertama adalah Dunia Kehutanan Merupakan Dunia yang Sangat Komplek dengan Berbagai masalah yang saling berkaitan.


Aku dah bekerja untuk kerjaan sakarang ini kurang lebih 7 Bulan (4 Bulan di Tahun 2008 dan 3 bulan di Tahun 2009). Tujuan dari project yang aku terlibat didalamnya ini adalah untuk menemukan metode bersama dalam berpikiran Landscape secara menyeluruh. Jadi kita tidak hanya berpikir dari dunia kehutanan saja, tetapi semuanya (Perikanan, Kependudukan, Pertanian, Industri, Pembangunan Perkotaan, Pembangunan Ekonomi, dan segala hal yang berpengaruh terhadap penghidupan dalam suatu wilayah).


Beberapa proses telah dilewati, diantaranya dengan memperkenalkan soft ware Stella.9 sebagai alat bantu dalam menganalisis perubahan yang terjadi sampai metode manual dengan pendekatan Analisis kesejahteraan. Sungguh beberapa proses yang menarik dan tentunya memberikan tambahan pengetahuan untuk saya. Beberapa hal yang menarik lain adalah saya bekerja langsung dengan Beberapa Ahli di Bidangnya dari CIFOR dan IUCN. Untuk kegiatan yang berkaitan dengan Stella Pa Heri Purnomo juga terlibat. Dan tentunya salah satu ahli pemodelan Partisipatif dari Charles Darwin University yang juga Direktur Livelihood Program di CIFOR Mr. Brucee Campbell.

Hasil analisis dan simulasi menarik kita dapatkan dimana apabila kegiatan pembangunan di daerah ini berjalan seperti apa adanya sekarangan ini maka cadangan hutan yang ada akan berkurang dalam kurun waktu yang cepat. Apalagi ditambah dengan rencana Pemerintah daerah setempat yang berencana memberikan izin usaha pemanfaatan lahan kepada Salah satu perusahaan sawit ternama negeri ini.
Selain laju konfersi lahan yang cukup besar, hasil menarik juga didapat terkait kesempatan kerja yang meningkat. Hal ini mendorong laju imigrasi cukup tinggi. Sehingga dari hasil simulasi diketahui bahwa dalam kurun waktu 20 tahun kedepan perbandingan orang asli dan orang pendatang akan menjadi 30 : 70 (30 untuk lokal dan 70 untuk pendatang).

Selain kegiatan Stella, kegiatan lain yang sekrang sedang saya kerjakan membantu Salah satu ahli di bidang analisis kesejateraan. Ia seorang Ibu yang bekerja di ODI (Overseas Development Institute) UK dan juga salah staff di IUCN Ibu Gill Sepherd. Kegiatan yang satu ini lebih menarik karena kita akan berusaha mengidentifikasi kontribusi hutan dan sumber-sumber lain kepada pendapatan tahunan masyarakat di suatu kampung.
Menarik karena teknik yang digunakan bukan teknik wawancara/FGD seperti yang pernah lakukan selama kuliah, tetapi teknik kerambol. Jadi kita bisa melihat bagaimana pendapat yang muncul dari setiap golongan ekonomi di suatu kampung. Selanjutnya kita laksanakan identifikasi permasalah utama yang muncul dan mereka alami terkait sumberdaya hutan. Bedanya dengan teknik inteview biasa adalah semua masyarakat lebih aktif untuk memberikan pendapat. Karena setiap kelompok dibagi berdasarkan gender dan ditentukan menurut golongan ekonomi. Hal menarik lain adalah kita bisa menemukan variasi yang mencolok dalam hal pendapat masyarakat tentang hutan dan kontribusi hutan dan sumber daya lain kepada penghasilan masyarakat. Saat ini kegiatan kedua sedang berjalan, jadi saya belum bisa mencerikan hasil yang didapat. mungkin akan saya lanjutkan setelah kegiatan kedua ini selesai. Terima kasih untuk waktunya yang diluangkan untuk membaca cerita ini.

Best regards,
Mr. Yumte

Suara Anak Kampung


"Alangkah indahnya kalo saya bisa main-main dengan Chendrawasih di Hutan e..."
Ini merupakan suara hati dari seorang bocah kecil berusia 5 tahun di Kampung Esania-Distrik Buruway-Kabupaten Kaimana. Ada secerca angan-angan yang begitu indah untuk dapat menjadi teman bermain seekor burung Chendrawasih.

Bukan hal baru bagi kita bahwa Burung Chendrawasih (Paradise birds) sudah dimasukan dalam salah satu species langkah yang terancam kepunahannya. Kondisi yang begitu memperihatikan ini tidak diimbangi dengan aksi nyata masyarakt dalam menjaga keberlangsungan hidupnya. Ketidakseimbangan ini mengakibatkan kecenderungan menuju kepunahan yang semakin cepat.

Apabila kita lihat secara budaya, Burung Chendrawasih memiliki ikatan cultural yang cukup tinggi dengan masyarakat Papua. Dimana burung ini merupakan kebanggaan bagi orang Papua.
Ketika orang berbicara Chendrawasih, berarti berbicara sesuatu yang berhubungan dengan Tanah Papua. Di beberapa suku besar di Papua chendrawasih selalu dijadikan harta bahkan adalah tidak lengkap apabila sebuah keluarga asli Papua tidak memiliki burung cendrawasih. Jadi nilai historik dan cultural ini kemungkinan akan hilang apabila kelak tidak ada Burung Chendrawasih.

Dari suara hati anak kecil diatas, mari kita maju bersama menyadarkan diri kita dan orang lain untuk saling menjaga kekayaan alam yang merupakan berkat terbesar dari Sang Maha Pencipta.

-Y-