My Ideas and Stories About PAPUA

Making the rich and beautiful resources in Papua become the social economic strength for Papuan has become the long home works. Many people believe that the early start to find the answer is by understanding how Papua looks like, their communities and their special strength. And it can be realize by directly in touch with them. This blogs provides you chance to touch and gets insight ideas, trends and stories about Papua.
  • Stories About Beautiful Papua

    Every Single Place In Papua Have Its Stories To Be Shared To Build Other People Understanding About This Island

  • The Last Frotier Primary Forests

    With 42 Million ha of forests, Papua play crucial rules in Indonensia forests development targets.

  • Women and Natural Resources

    Forests or land right are not only about Man. So understanding the roles women and the impact of forests changes to women are also crucial

  • Our Traditional Value

    Papuan Community Have Been Living for Centuries with Their Knowledge and Wisdom in Managing Natural Resources and Practice Best Conservation

  • For Papuan Generation

    Every Works We Do Now Must Be Dedicated To The Future Papuan Generation

  • Dependency to Forests Resources

    Practicing Good Forests Governance in Papus About Understing the Right of Indigenous People and Their Dependency to Natural Resources

  • All Are Wonderful

    You Will Get Good Scene That You May Not Able Somewhere Else - Only In PAPUA

  • Bitter Nut Is Papuan Favorit Gums

    Bitter Nut or In Papua We Call 'Pinang' Is The Local Gum You Can See In Every Corner of the Cities. Papuan People Love To Chewing It. Sometime People Consider It As Contact Material When You Travel to The Village

  • Papuan Traditional Conservation Practices

    For Centuries, Papuan Has Practicing Local Wisdom to Sustainaible Use of Natural Resources. They Have Traditional Education System to Teaching Them How To Interact With Human, Spiritual Power and Understanding The Words Of Nature

Sabtu, 30 Mei 2015

Mencari Produk Hutan Prioritas Bagi Hutan Desa Sira dan Manggroholo


Damar Belum Berjalan Optimal

Tumpukan damar putih dan damar merah tersusun rapi di belakang rumah/kantor sementara koperasi Kna Mandiri di Kampung Sira. Koperasi yang didirikan sekitar 7 Tahun lalu ini adalah bentuk semangat masyarakat adat kampung Sira dan Mangroholo, Distrik Saifi Kabupaten Sorong Selatan untuk mengelola sumber daya alamnya. "Damar kami beli dari masyarakat, tetapi tidak lancar, masyarakat ingin harga tinggi terutama karena mereka pergi ambil damar yang jauh didalam hutan" kata Alfred Kladit ketua Koperasi yang juga menjabat sebagai ketua LHPD Kampung Sira. "Saat ini kami masih tampung dan cari penjual, kami beli saja dalam keadaan kasar seperti ini dari masyarakat" terangnya menunjukan tumpukan damar yang bercampur dan belum di sortir.

Kampung Sira dan Manggroholo pada tahun 2014 telah menerima SK Penetapan Hutan Desa dari kementerian kehutanan RI dengan luasan mencapai 3,800 ha. Dimana arelanya mencakup semua hutan produksi dan hutan lingdung di wilayah adat dua Marga besar yaitu kladit dan sremere. Damar pada saat di temukan melalui survey potensi yang dilakukan, dinilai bisa menjadi pilihan produk utama yang akan dikelola oleh kedua hutan adat ini. Terutama karena orientasi utama dari advokasi dan fasilitasi pengelolaan hutan di Sira dan Manggroholo yang difasilitasi oleh Greenpeace dan Bentara Papua adalah untuk optimalisasi hasil hutan Non-kayu. "Kami menolak perusahaan kayu atau perusahaan sawit yang ingin masuk di tempat kami. Oleh sebab itu saya bersama dengan masyarakat adat di Kampung Sira dan juga kampung Manggroholo mengusulkan hutan desa untuk kami kelola sendiri, terang Bapak Yoel Sremere kepala Kampung Sira menjawab pertanyaan yang saya sampaikan "kenapa bapak dan masyarakat ingin fasilitasi hutan desa?" 

"Kami masih terus mencari pasar dan pembeli damar. Sudah ada informasi pasar di Surabaya, tetapi belum juga bisa kita pasarkan karena permintaan kuota yang belum bisa dipenuhi juga jaminan pasokan ke pembeli yang belum bisa digaransi" Jelas Amos Sumbung sebagai fasilitator lapangan Greenpeace. Damar yang dikelola adalah jenis damar merah dari kelompok Jenis Fatica, Sp dan juga beberapa diambil dari Jenis Agathis. Market damar di Sorong Sendiri belum sebanyak market produk lain seperti kayu sehingga mempengaruhi stagnan-nya usaha komunitas adat di Sira-Manggroholo. 
Menemukan Opportunity cost Untuk Pilihan Produk Hutan Menguntungkan 

Dua tahun pasca dikeluarkannya SK Menhut tentang penetapan Hutan Desa, sedianya kedua LPHD bersama dengan fasilitatornya harus bisa menyediakan rencana kerja jangka panjang untuk mendapatkan ijin pengelolaan terhadap produk hutan yang ingin dikelola oleh hutan Desa. Rencana kerja atau rencana pengelolaan adalah dasar untuk pengusulan ke Gubernur mendapatkan Hak Pengelolaan Hutan Desa atau HPHD. Tentunya didalam dokumen perencanaan tersebut harus memuat detail produk yang dikelola dengan estimasi kelayakan usaha dari produk-produk hutan yang menjadi fokus pengelolaan. 

Tantangan tentu ada pada tingkatan ini untuk bisa menemukan produk-produk hutan yang (Kayu, non kayu dan jasa lingkungan) yang bisa dikelola oleh LPHD dan Koperasi Kna Mandiri di Kampung Sira dan Kampung Manggroholo. Selain damar masyarakat adat di Kampung Sira dan Manggroholo telah lama menggantungkan hidupnya dari Sagu, Produk kebun tradisional dan daging buruan. Didalam hutan sira dan manggroholo juga tumbuh dan berkembang beberapa jenis rotan tetapi belum diketahui pasti potensinya. Sebagian dari hutan manggrove dan rawa yang berada dibagian timur kampung juga tersimpan potensi hasil laut seperti udang, kepiting dan ikan yang selama ini sudah dimanfaatkan oleh pihak luar. Kayu tidak menjadi fokus utama, sekalipun ada beberapa masyarakat yang memanfaatkan kayu untuk kebutuhan internal didalam kampung dan ada juga yang dijual keluar dalam bentuk kayu gergajian. 

"Sejauh ini sagu, menambang pasir, mengerjakan proyek pemerintah adalah sumber pendapatan uang utama di masyarakat" Terang kepala Kampung Manggroholo. Damar telah muncul sebagai satu info produk potensial tetapi karena beberapa kendala alam, pemasaran dan intensitas pemanenan sehingga masyarakat tidak menggantungkan sumber pendapatannya ke produk ini. 

Analisis ekonomis, market dan value chain dari produk serta uji kelayakan usaha dengan pilihan-pilihan produk perlu menjadi perhatian pengembangan rencana pengelolaan Hutan Desa Sira dan Manggroholo. Sehingga inisiatif menjaga hutan dan mendapatkan manfaat ekonomi daripadanya bisa kelihatan serta program-program fasilitasi yang dilakukan tidak hanya dinilai projekan oleh komunitas adat didalamnya. Memulai dari produk-produk hutan yang sudah dimanfaatkan, fluid secara bisnis dengan nilai rantai harga yang terkontrol mungkin perlu menjadi pilihan awal sambil mempersiapkan masyarakat dan akses ke pasar-pasar produk lain yang dimiliki oleh sira dan Manggroholo.