My Ideas and Stories About PAPUA

Making the rich and beautiful resources in Papua become the social economic strength for Papuan has become the long home works. Many people believe that the early start to find the answer is by understanding how Papua looks like, their communities and their special strength. And it can be realize by directly in touch with them. This blogs provides you chance to touch and gets insight ideas, trends and stories about Papua.

Kamis, 06 Mei 2010

Mengenal Tutupan dan Potensi Hutan di Kampung Esania, Kaimana


Tipe-tipe hutan di Esania 

Dataran rendah kering (tanah berpasir): wilayah ini didonminasi oleh pohon-pohon eukaliptus, yang diduga oleh masyarakat sebagai Melaleuca kajuputih (Penghasil minyak kayu putih). Dari hasil estimasi luah hutan ini sekitar 10 ha, dan berada disekitar kampung. Tutupan vegetasi di hutan ini sangat jarang dengan dipenuhi liana, tumbuhan perdu, dan pohon-pohon kecil. Dari identifikasi, pohon-pohon eukaliptus ini berdiameter berkisar antara 10 – 30 cm.

Dataran rendah kering (tanah liat) : tipe hutan ini berada pada ketinggian 9 – 30 m.dpl. Sebaran hutan ini cukup merata di hampir seluruh wilayah esania, dan mendominasi hampir 50% wilayah esania. Didominasi oleh jenis jambu-jambuan, pala hutan, dammar-damar dan jenis-jenis pohon bergetah (ex: cempedak). Di hutan ini juga mudah ditemukan kayu merbau, marsawa, matoa, bunga, minyak, Jenis-jenis dipterocarpaceae dan kayu rimba campuran lain. Untuk kayu-kayu komersil dan dalam kategori siap tebang, penyebarannya juga sangat merata dan dekat-dekat. Jarak rata-rata antara satu pohon komersil dengan yang lain adalah ± 30 m. Serta kayu-kayu ini memiliki diameter yang cukup potensial (d > 1 meter).

Hutan rawa basah (tanah becek, dengan dipenuhi tumpukan serasah): dari hasil kegaitan, didapatkan informasi bahwa hutan ini cukup merata diseluruh wilayah esania. Kondisi wilayah yang datar dengan curah hujan yang cukup tinggi, mendukung terbentuknya hutan ini. Hutan ini hampir mendominasi 30 % wilayah hutan Esania, dan didominasi oleh pandan-pandan dan rotan. Pada hutan ini mulai dengan mudah ditemukan jenis-jenis kayu rawa seperti kayu hitam, bintangur dan pala hutan dengan diameter > dari 1 meter. Pada hutan ini juga mudah ditemukan pohon-pohon dari jenis dipterocarpaceae. Tanah dihutan ini sangat potensial, dan menurut estimasi saya ini merupakan wilayah yang sangat sesuai untuk pengembangan perkebunan sawit.

Hutan mangrove: selain hutan tanah darat seperti yang disebutkan diatas, terdapat juga hutan mangrove yang mendominasi garis sungai esania, jenis-jenis komersial seperti Rhisophora, Bruguera, dan Avicenia, sangat mudah ditemukan di wilayah ini. Bakau diwilayah ini berfungsi sebagai zona penyangga serta protector terhadap abarasi tanah darat oleh karena aliran sungai. Potensi kayu mangrove juga cukup besar, dan memang sangat potensial apabila dikembangkan untuk industry arang bakau skala kecil/menengah. Selain berfungsi sebagai penyangga dan protector terhadap abrasi, mangrove-mangrove di wilayah ini juga berfungsi tempat tinggal keanekaragaman hayati yang tinggal di wilayah ini, terutama: ikan, buaya, burung, dan kelelawar.

Hasil Inventarisasi

Kegiatan ini berhasil mendapatkan 20 plot ukur yang letaknya tersebar diseluruh wilayah esanian. Fokus area yang di inventarisasi adalah daerah sejauh 2 km dari garis sungai, dengan pertimbangan areal-areal ini akan kemungkinan mudah untuk dimanfaatkan dengan alasan pengangkutan kayu ke tempat penimbunan.

Dari kegiatan ini diperoleh gambaran bahwa hampir seluruh wilayah kampung esania yang berhutan, memiliki sebagaran kayu komersial yang merata dengan diameter yang tinggi yang cukup besar (diameter mencapai lebih dari 1 m). Kayu komersial jenis merbau mudah sekali ditemukan karena penyebarannya yang cukup merata diseluruh wilayah. Untuk kayu-kayu komersial lain dari jenis meranti dan kayu indah juga sangat mudah ditemukan. Sehingga untuk usaha kayu. Potensi hutan esania sangat mendukung untuk pengelolaan kayu yang mantap.

Plot yang dibuat adalah plot lingkaran dengan jari-jari (r) = 17,8 m. Dan dalam pencatatannya yang dicatat adalah jumlah, jenis, diameter dan tinggi pohon. Untuk potensi yang diperoleh secara kasar dapat di hitung adalah untuk jenis kayu komersial lebih dari 40 m3/ha. Hasil lapangan selanjutnya akan diolah untuk mendapatkan nilai potensi kayu yang lebih akurat.

Untuk kayu-kayu bekas tebangan, sebarannya tidak mereta dan jumalahnya pun terbatas. Dari hasil kegiatan inventarisasi ini, ditemukan hanya sekitar 10 batang kayu komersil, dan bahwa sebagian besar kayu-kayu ini telah dimanfaatkan dan yang tersisa adalah bagian-bagian kayu yang menurut logger sudah tidak menguntungkan. Hanya ada beberapa yang masih utuh, namun kondisinya semakin buruk karena diserang rayap, serangga atau hama kayu. Selain itu untuk jenis kayu Merbau (besi) yang tersisa adalah bagian pangkal yang keras, yang apabila dipaksakan untuk di belah kemungkinan membutuhkan biaya perawatan dan perbaikan bar chain-saw yang besar.

Temuan lain 

Selain potensi kayu yang besar, terdapat juga potensi hasil hutan bukan kayu lain memiliki nilai ekonomi yang besar untuk mendukung perekonomian masyarakat yaitu rotan. Rotan sangat mudah ditemuakan di daerah Esania ini, terutama pada daerah rawa basah. Sebarannya pun cukup merata mulai dari pinggir sungai kecil sampai jarak 3 km kedalam hutan. Rotan di esania, cukup beragam mulai dari yang berdiameter kecil sampai yang berdiameter besar. Potensinya pun cukup besar.

Dari hasil identifikasi dan observasi di kampung, tidak banyak dari masyarakat di Esania yang memanfaatkan rotan, mereka pada umumnya hanya memanfaatkan kulit kayu dari hutan untuk membuat tomang. Hal ini cukup mendukung, karena rotan yang berada dalam wilyah adat Esania, sangat lestari, hampir sebagian besar belum terjamah.

Penebang Liar

Di wilayah esania ada penebang liar yang beroperasi dengan ijin kelola yang tidak jelas. Menurut keterangan masyarakat mereka adalah para logger dari makasar atau sering disebut dengan “orang bugis”. Selama kegiatan inventarisasi terutama pada wilayah yang dekat dengan aral penebangan, dapat dengan mudah didengar suara chain-saw, serta pada beberapa titik, juga mudah ditemukan beberapa limbah kayu bekas tebang. Umumnya mereka tidak memperhatikan rendemen dari kayu yang ditebang, pada dasarnya jumlah kubikasi yang ditargetkan. Kayu-kayu ini akan dimuat dengan kapal yang akan masuk ke sungai apabila jumlah kayu yang siap diangkut sudah banyak. Menurut keterengan masyarakat, mereka memiliki kontrak lisan dengan masyarakat dikampung, jadi perhitungan bayaran-nya adalah Rp. 5,000,000/sekali angkut oleh kapal. Dugaan saya kayu-kayu ini akan diangkut keluar kota kaimana.

2 komentar:

  1. Esania sebelah mana bro?

    BalasHapus
  2. Halo Bro. Esania itu satu kampung di Distrik Buruway, Kabupaten Kaimana, Propinsi Papua Barat.

    BalasHapus