My Ideas and Stories About PAPUA

Making the rich and beautiful resources in Papua become the social economic strength for Papuan has become the long home works. Many people believe that the early start to find the answer is by understanding how Papua looks like, their communities and their special strength. And it can be realize by directly in touch with them. This blogs provides you chance to touch and gets insight ideas, trends and stories about Papua.

Selasa, 03 Agustus 2010

Potret Sekilas Kampung Gaka, Distrik Buruway Kabupaten Kaimana

Kampung Gaka termasuk kampung tua diwilayah sungai buruway ini. Menurut sejarah Gaka diambil dari bahasa “Madewana” yang berarti mengikuti bintang. Sama seperti kampung Tiari, masyarakat kampung Gaka juga berasal dari suku besar “Madewana”. Kampung ini sebelumnya bergabung dengan kampung Guriasa sebagai satu wilayah administrasi. Namun dimekarkan pada tahun 1992. Kondisi wilayah sedikit berbeda dengan kampung tairi, karena sungai yang mengalir di wilayah Gaka adalah sungai air tawar sehingga ada perbedaan vegetasi hutan sungainya. Dimana sudah jarang ditemui tanaman nipah ataupun mangrove. Vegetasi pantai lebih didominasi rumput sungai, pohon-pohon pinggir sungai seperti ketapang dan pandan serta hutan sagu milik masyarakat.

Penghidupan masyarakat di kampung Gaka tidak terlalu jauh berbeda dengan masyarakat di Kampung Tairi. Pada dasarnya mereka adalah petani yang berkebun, memanfaatkan hasil hutan dan sungai untuk mendukung penghidupannya. Ubi-ubian dan sagu merupakan makanan pokok bagi masyarakat di kampung ini. Yang menarik adalah beberepa pekerjaan disektor pembangunan fisik. Dimana masyarakt Gaka beberapa ada yang mengumpulkan batu dan pasir untuk dijual pada proyek-proyek pembangunan fisik di kampung. Beberapa diantaranya bekerja sebagai tukang servis perahu. Menurut penuturan beberapa masyarakat yang bekerja pada pengumpulan batu/pasir dan servis perahu bahwa ini lebih menguntungkan dibandingkan mereka membuka kebun atau menebang kayu di hutan. Batu satu tumpukan seperti pada gambar dihargai Rp. 850,000.

Masyarakat kampung Gaka memang sangat pandai dalam membuat perahu dan memberikan hasil perahu yang baik yang sudah diperhatian kualitas dan kemampuannya untuk mengarungi lautan maupun sungai di kaimana. Hasil yang diperoleh dari kegiatan ini pun sangat menjanjikan karena nilai uang tunai yang diterima cukup besar berkisar antara 1 – 5 juta untuk satu kali servis sebuah perahu. Namun untuk jasa ini hanya beberapa keluarga saja yang mahir dan dianggap ahli di kampung, sedangkan masyarakat lain masih menggantungkan hidupannya pada sumber daya hutan dan kebun yang dimiliki.

Hasil identifikasi menunjukan bahwa wilayah sudah sejak tahun 2007 ditinggal oleh perusahaan PT. Prabu Alaska. Dan beberapa wilayah kampung ini merupakan areal bekas tebangan. Penebangan pada wilayah adat kampung Gaka ini dimulai pada tahun 2002 sampai tahun 2007, dan masyarakat mengaku bahwa sudah tidak menerima kompensasi lagi setelah tahun 2007. Fakta menarik bahwa, hampir semua mesin diesel-lampu, motor tempel dan chain-saw yang dimiliki masyarakt sekarang uangnya berasal dari pembayaran kompensasi perusahaan atas wilayah adat mereka.

Menyinggung mengenai isu sawit, masyarakat secara terang-terang dan langsung menolak rencana ini. Mereka menuturkan bahwa lebih mau menerima perusahaan HPH dibanding Perusahaan sawit. Mereka mengakui bahwa beberapa orang yang tinggal di kota mengatasnamakan masyarakat telah menandatangani kesepakatan untuk pembebasan lahan untuk sawit, namun masyarakat yang dikampung secara keseluruhan menolak rencana ini.

Potensi Hutan di Kampung Gaka
Hutan merupakan bagian dari hidup masyarakat di kampung Gaka. Hutan menyediakan makanan, bahan bangunan, bahan ornament/kerajinan, dan obat-obatan bagi masyarakat di kampung Gaka. Hasil hutan kayu dan bukan kayu sangat melimpah, nampak jelas bahwa kayu memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi penghidupan masyarakat di Gaka. Selain untuk bahan bangunan dan perahu, kayu juga digunakan untuk bahan bakar dan beberapa diantaranya juga merupakan obat bagi masyarakat. Ada juga kayu yang dianggap keramat karena merupakan saksi sejarah peradaban kampung di masa lampau. Hasil kayu berupa kayu gergajian dan perahu merupakan sumber hutan yang memberikan pengaruh sangat signifikan bagi penghasilan uang masyarakat terutama lelaki di Gaka.

Untuk hasil hutan yang menarik adalah kulit kayu yang digunakan ibu-ibu untuk kerajinan tangan berupa tas/nokeng. Hampir semua ibu-ibu dikampung Gaka ini pandai dalam membuat tas tradisional ini dan ini direkomendasikan sebagai salah satu potensi yang bisa diintervensi. Mengingat nilainya yang cukup menjanjikan dan peminat yang banyak di kota.

0 komentar:

Posting Komentar