My Ideas and Stories About PAPUA

Making the rich and beautiful resources in Papua become the social economic strength for Papuan has become the long home works. Many people believe that the early start to find the answer is by understanding how Papua looks like, their communities and their special strength. And it can be realize by directly in touch with them. This blogs provides you chance to touch and gets insight ideas, trends and stories about Papua.

Rabu, 25 Juni 2014

Drone dan Pemetaan Wilayah Adat di Papua

Terobosan baru teknologi penginderaan jauh terus berkembang dewasa ini. Apabila pada tahun 1900 - 1970an penggunaan pesawat terbang adalah pilihat utama untuk aerial photograph atau foto udata, yang kemudian berkembang dengan refolusi teknologi satelite atau satellite image yang muncul tahun 1970an dan masih terus berkembang sampai sekarang, kini muncul lagi teknologi baru yaitu drone atau pesawat tanpa awak. Oleh beberapa pihak Drone dinilai mampu menjawab kebutuhan data spatial beresolusi tinggi secara real time dan kapan saja dibutuhkan.

Drone pada posisi sedang terbang di udara. Sumber photo: http://www.cityofslt.us/images/pages/N859/Drone.jpg 

Tentunya perkembangan ini menjeadi info bahagia bagi penggiat pemetaan partisipatis seperti Samdhana Institute, JKPP, AMAN dan Kolega untuk mempercepat target-target pemetaan wilayah adat di Indonesia. Apabila sebelumnya untuk mengadakan citra satelite dengan resolusi spatial yang tinggi membutuhkan nilai uang yang besar dengan drone dinilai mampu menjawab kegalauan tersebut. Rasa penasaran ini kemudian coba untuk diuji di Biak. Samdhana Institute memfasilitasi 3 penggiat dan pengembang drone rakyat yaitu Irendra Rajdwali (Radja), Aries Sugiri (Aris) dan Arif untuk membawa Drone yang dikembangkan untuk di ujicobakan. Wilayah Baik dipilih karena kebetulan menjadi site prioritas intervensi Samdhana untuk kegiatan 'pengelolaan hutan bersama masyarakat adat didalam ruang lingkup KPH'. Kegiatan uji coba pun dilaksanakan di beberapa titik yaitu halaman hotel Asana - Biak, depan Kantor KPHL Biak Numfor dan Kampung Makmakerbo - District Biak Timur.

Misi menerbangkan Drone tidak berjalan mulus, karena selain kesalahan Aries mengatur setting auto/manual di telemetri control drone yang menyebabkan drone terbang dan tidak kembali juga ada faktor alam yang mengganggu stablitas drone di wilayah biak Timur - di indikasi karena gangguan medan magnet. Tetapi beberapa photo dan video yang direkam dan diskusi yang dibangun dengan semua tim Samdhana dan mitra KPHL Biak Numfor, banyak catatan penting yang mnejadi perhatian dan refleksi untuk memutuskan bagaimana langkah yang tepat menggunakan drone untuk menjawab kebutuhan percepatan pemetaan wilayah adat di Papua?

Catatan berikut merupakan catatan awal yang coba saya kembangkan pasca test drone di Baik pada bulan Juni 2014. Selain berdasarkan pengamatan dan penilaian dari alat yang diterbangan, catatan ini juga saya kembangkan berdasarkan diskusi dengan semua teman-teman penggiat drone termasuk Martin Hardiono yang selama ini aktif mendukung kerja-kerja pemetaan wilayah adat yang didanai Samdhana Institute di Papua

"Dengan kemampuan terbang, kapasitas alat dan kemampuan merekam yang ada, tentu Drone sangat membantu pekerjaan pemetaan, tetapi bukan menjadi jawaban untuk menyelesaikan pekerjaan pemetaan secara keseluruhan. Khusus untuk Papua dengen wilayah adat yang luas, topografi yang cukup berat batasan penggunaan drone perlu dipertimbangkan". 

Kutipan diatas adalah satu kalimat yang coba saya formulasikan setelah melihat, berdiskusi dan mengenal awal Drone ini. Tentu pikiran diatas muncul karena mencoba untuk melihat jauh keunggulan dan kelemahan drone berdasarkan perkembangan saat ini. 

Keunggulan penggunaan drone:
  • Resolusi spasial yang baik, perekaman object yang jelas. Dan kemampuan menampilkan object dalam bentuk 3D. 
  • Pengaturan tinggi terbang bisa disesuaikan berbasis kebutuhan pengguna untuk kejelasan perekaman objeknya
  • Gambar spatial yang dihasilkan diperoleh tanpa harus ada koneksi internet untuk mendownload data dan informasi citra slave dari services provider yang ada atau melalui proses pemesanaan dengan biaya yang kenakan per unit luas tertentu.
  • Data spatialnya bisa dioleh secara cepat setelah aplikasi terbang dilakukan. Dan juga compatible apabila di kelola dengan softfare-software GIS.
Kelemahan penggunaan drone:
  • Jangkauan terbang yang terbatas dengan coverage area yang juga terbatas mengikuti kemampuan pesawat. Dalam kasus Biak, Radja cs menyampaikan bahwa beberapa drone yang sedang dirakit optimal coverage-nya adalah 500 - 1000 ha dalam 1 misi 3 - 4 hari. 
  • Keterbatasan pesawat dan teknis. Saat ini memang faktor alat dan tenaga masih menjadi kendala. Setidaknya butuh uang sekitar 15 - 20 juta rupiah untuk mengembangkan drone rakyat dan semua onderdilnya. 
  • Stabilitas, akurasi geografis dan pengaruh alam. Pada beberapa lokasi drone mengalami keterbatasan karena tidak secara akurat merekam lokasi, atau mengalami gagal baca GPS karena faktor medan magnet dll. 
  • Batery yang terbatas, max 1 jam terbang. Artinya untuk satu hari kerja butuh cadangan baterai yang banyak untuk mengantisipasi terbatasnya stock ditengah kebuuthan pekerjaan yang besar. 
  • Resiko kehilangan alat tinggi baik akibat faktor alam maupun kesalahan manusia. 

Dengan keunggulan dan kelemahan ini, saya melihat bahwa dalam konteks kebutuhan pekerjaan pemetaan wilayah adat yang didorong Samdhana Institute dan mitra saat ini, drone akan sangat membantu pada: 
  • Apabila kebutuhan data spasial/foto udara untuk cakupan wilayah kerja untuk pengelolaan hutan oleh masyarakat tentu peran drone sangat membantu --> Kasus seperti IUPHHK-MHA dalam wilayah KPH misalnya akan terbantu dengan dron. Kombinasi antara foto drone dengan transek lokasi/ground check untuk estimasi potensi hutan sampai rencana pemanenan. Rencana pembangunan kampung dengan jangkauan luas sampai 100 ha.
  • Apabila kebutuhannya untuk pekerjaan pemetaan wilayah adat yang luas (contoh Sorong dan Merauke), kombinasi antara Drone, citra satelite dan ground check bisa di optimalkan. Disini drone di Pakai secara terbatas untuk merekam gambar kampung, tempat-tempat penting bagi masyarakat, ruang-ruang sengketa dan lokasi-lokasi yang menjadi perhatian khusus masyarakat adat ketika memfasilitasi pekerjaan pemetaan wilayah adat. 
Sekalipun begitu, saya kira Drone harus dioptimalkan sebagai satu terobasan baru dalam pemetaan wilayah adat dan ruang kelola masyarakat adat. Hanya saja sama seperti kerja-kerja inderaja dan GIS lainnya beberapa tantangan yang harus dijawab diawal antara lain: 
  • Mempersiapkan kapasitas-kapasitas yang siap dan komitmen untuk bekerja dilapangan. Teknologi yang ada secanggih apapun dikembangkan, tetapi jika tidak ada orang yang siap mengerjakannya yang tetap saja tidak berguna
  • Kesalahan yang terjadi dimana Drone hilang di Biak pada saat testing di kantor KPHL Kamis 05 Juni 2014 adalah karena ketidakhati-hatian dalam prosedur operasional sebelum pesawat di terbangkan. Sehingga mempersiapkan orang-orang yang secara baik memahami prosedur dan teliti dalam mengoperasionalisasikan alat
  • Proses pengolahan data untuk memasukan data attribute didalamnya tetap mengikuti tahap-tahapan digitasi dan pengolahan data sebagaimana dilakukan di software-software fotogrametri yang ada. Sehingga membutuhkan kapasitas teknis yang cukup





0 komentar:

Posting Komentar